Dompu, (SM).- Gagalnya acara penandatanganan kesepakatan damai antara warga Renda Kelurahan Simpasai dan Kandai Kelurahan Dua Kecamatan Woja, mengundang banyak asumsi miring dari banyak pihak.Salah satunya Abdul Yarid ST, tokoh pemuda Kandai Dua menilai pemerintah daerah kurang maksimal dalam berupaya menyelesaikan konflik antara warga Renda Kelurahan Simpasai dengan Kelurahan Kandai Dua.
Alasannya
karena, Bupati kurang proaktif terhadap permintaan perwakilan warga Renda dan
Kandai Dua supaya bisa hadir di tengah – tengah mereka. Apalagi acara itu
merupakan momentum yang paling tepat bagi seorang pemimpin untuk mendengarkan
langsung kronologis peristiwa awal terjadinya konflik serta hal – hal yang
diinginkan kedua belah pihak kedepannya. “Seharusnya Bupati lebih proaktif,
karena menyangkut kepentingan masyarakat dan daerah Kabupaten Dompu pada
umumnya,” tandasnya.
Menurut
guru PNS pada SMK 1 Woja ini, upaya damai terkesan hanya lahir dari keinginan
masyarakat semata, padahal pemerintah pun harus memberikan dukungan
positif terhadap niat baik masyarakat kedua belah pihak.
“Sebenarnya
masyarakat kedua belah pihak baik Renda dan Kandai Dua tak mengatakan menolak
berdamai. Akan tetapi mereka hanya meminta kesempatan Bupati untuk hadir dalam
acara ini sehingga masyarakat bisa berdialog dengan belau. Tapi karena Bupati
tak ada, makanya salah satu pihak yakni warga Renda, pulang duluan,” ujarnya.
Ia
pesimis perdamaian kedua wilayah bisa terpenuhi jika pemerintah masih belum
serius menyelesaikannya. Sementara konflik yang terjadi hanya akan menimbulkan
keresahan dan lumpuhnya perekonomian masyarakat. “Kalau hanya sebatas ditangani
secara formalitas, perdamian sangat jauh dari harapan,” tukasnya.
Lebih
jauhnya, bagi warga Kandai Dua, menempuh jalan damai sangat penting. Kemudian
oknum warga Kandai Dua yang terlibat dalam kasus hukum atau pemicu konflik
tetap disaranan agar diproses secara hukum sesuai dengan ketentuan perundang –
undangan yang berlaku. (dym)