Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kepala UPTD Pertanian Sunat Dana SLPTT

26 Desember 2012 | Rabu, Desember 26, 2012 WIB Last Updated 2012-12-26T02:21:34Z

Bima, (SM).- Dana Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) 2012 untuk 48 Kelompok Tani di Kecamatan Woha tak semua dinikmati petani. Diduga, Rp2,9 juta disunat Kepala UPTD Pertanian Woha, AH.

Menurut sumber yang meminta identitasnya tidakdikorankan, setiap kelompok tani mendapat jatah alokasi dana dari APBN tahun anggaran senilai Rp3,7 juta. Dari total dana tersebut, sekitar Rp800 ribu diterima masing-masing kelompok tani. Selebihnya diduga disetor ke oknum Kepala UPTD.
Sumber menceritakan, sekitar bulan Mei dan Juni 2012, kelompok tani menerima drop bibit jagung, padi dan kadelei dari UPTD Pertanian Tanaman dan Holkutura Kecamatan Woha. Pada bulan Desember kemudian didrop susul dengan bantuan keuangan.
Bantuan berupa bibit dimaksud, menurut sumber, merupakan kegiatan rutinitas setiap tahunnya. Begitu pun dengan bantuan keuangan, juga didrop pemerintah pada setiap akhir tahun. “Tahun ini uang cair dua pekan lalu,” ungkapnya.
Kata sumber, sebelum mencairkan uang, masing-masing kelompok tani mengambil rekomendasi pencairan uang di Bank BPD pada UPTD Pertanian Tanaman dan Holkutura Kecamatan Woha. “Uang sudah ada dalam rekening kelompok tani,” ujarnya.
Setelah uang dicairkan kelompok tani, para ketua kelompok tani harus menyetor kembali uang dicairkan di bank tersebut pada Kepala UPTD Pertanian Woha, AH. “Rp800 ribunya baru dikasi lagi ke ketua kelompok,” bebernya.
Sedangkan sisa dari uang diserahkan pada masing-masing ketua kelompok tani tersebut diambil oleh Kepala UPTD dengan dalih untuk pengadaan obat-obatan serta pupuk untuk kebutuhan pada petani dalam kelompok tani.
Kepala UPTD Pertanian Tanaman dan Holkutura Kecamatan Woha, AH yang dikonfirmasi di ruang kerjanya mengaku, sebagian dari total dana SLPTT kelompok tani memang diambil. “Memang kita ambil Rp2,6 juta,” ujarnya, Jum’at pekan lalu.
Menurutnya, dana tersebut untuk pengadaan kebutuhan para petani serta membiayai Sekolah Lapangan (SL) yang dijadwalkan diadakan selama 10 kali, selama musim tanam.
“Kita ambil uang untuk pengadaan pupuk, obat-obatan serta untuk biayai SL. Pengalaman kita tahun-tahun lalu, petani tidak melakukan pengadaan dan tidak adakan sekolah lapangan, walaupun uangnya telah diambil,” jelasnya.
Selain itu, para petani juga tidak pernah mau membuat laporan penggunaan uang serta laporan kegiatan di lapangan. “Akhirnya kami yang harus buatkan laporan mereka. Pengembalian uang itu juga atas kesepakatan bersama”, tandasnya. (ima)  
×
Berita Terbaru Update