Bima,
(SM).- Warga Desa Piong Kecamatan Sanggar
kini mengeluhkan meningginya harga minyak tanah (Mitan). Selain susah
diperoleh, harga satu liternya mencapai Rp10 ribu, padahal harga normalnya
hanya Rp3.500 liter.
Warga
setempat, Endang yang ditemui mengaku, sudah tiga bulan ini harga mitan mahal.
Mendapatkannya pun tidak mudah, jika tidak cepat maka harus bersabar dan
resikonya harus memasak menggunakan kayu bakar. “Harga satu liter di pengecer
Rp10 ribu. Ini sama halnya mencekik kami,” ujarnya, Sabtu (15/12).
Ia
mengaku, jumlah agen mitan di Desa Piong tidak banyak, sekitar lima agen. Hanya
saja pengecernya yang banyak. Di dalam satu Rukun Tetangga (RT) jumlah pengecer
bisa mencapai sepuluh orang. Saat mitan tiba di agen, jerigen ukuran 20 liter
mengantri untuk siap diangkut. Warga pun tidak bisa berbuat banyak, jerigen
dalam ukuran kecil tidak bisa diprioritaskan. “Ini sudah jadi kebiasaan di
sini. Mitan diagen bukan dijual kepada masyarakat umum, tapi untuk pengecer.
Kita pun hanya bisa beli di pengecer, bukan di agen. Itupun tidak mudah,”
akunya.
Endang
juga mengaku, seringkali tidak mendapat jatah mitan dari pengecer. Resikonya,
untuk urusan dapur hanya bisa mengandalkan kayu bakar. Untuk itu, dirinya berharap
agar pemerintah melalui desa setempat bisa mengontrol distribusi mitan di Desa
Piong, agar masyarakat tidak dirugikan. “Ini kan ulah pengecer, menaikan harga
seenaknya,” keluhnya.
Hal
yang sama juga disampaikan Nursayu, warga yang sehari hari menjual sayuran di
pasar Desa Piong itu mengaku mitan di Desanya langka. Dominasi permainan
pengecer berdampak pada meningginya harga bahan bakar tersebut. “Kita disini
susah cari minyak tanah mas. Kalau tidak cepat antri di pengecer, minyak tanah
akan sulit didapat,” terangnya.
Dirinya
pun berharap yang sama kepada perangkat Desa setempat untuk mengawasi
pendistribusian mitan di Desa Piong. Jika ini terus dibiarkan, tidak menutup
kemungkinan harga mitan akan semakin meninggi. (bnq, dd, ris)