Bima,(SM).- Petani Bawang merah didua wilayah yakni Sape dan Lambu yang
menamakan diri Gerakan solidaritas Petani (GSP), Senin kemarin mendatangi
Gedung DPRD Kabupaten Bima, menuntut perbaikan harga bawang ditengah fluktuasi
yang rendah dan tidak menentu dan cenderung merugikan masyarakat tani.
Massa aksi petani bawang merah
dibawah komando, Hendi, mengemukakan, Kabupaten Bima merupakan salah satu
daerah sebagian besar masyarakatnya bekerja disekotor pertanian. Artinya tidak
kurang dari 70 hingga 80 porsen masyarakatnya menggantungkan hidup sebagai
petani. Salah satu komoditi andalan tentunya bawang merah dengan produksi
pertahun sebesar 86,765 ton pertahun dengan luas lahan 8,140 hektar, katanya
merujuk data bersumber dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat.
Namun kenyataanya, kata Hendi yang
diiyakan sejumlah massa kasi lainnya, hasil pertanian yang melimpah khususnya
bawang merah dimaksud, tidak mampu memberikan kesejahteraan yang layak bagi
masyarakat petani Bima. Itu semua tudingnya, akibat tidak adanya kepedulian
pemerintah terhadap nasib para petani.
Ratusan massa dari petani bawang
merah Sape dan Lambu yang dikawal ketat aparat Kepolisian Resort Bima Kota,
juga mengemukakan berbagai permasalahan yang membuat petani selalu merugi saat
produksi yang berbanding terbalik dengan biaya tanam. Diantaranya, harga jual
bawang merah disetiap waktu dan pasca panen selalu turun (tidak menutupi harga
produksi HPP atau dibawah standar) sehingga petani bawanng merah selalu
dirugikan akibat anjloknya harga.
Kemudian pada saat menjelang musim
tanam harga beli bibit bawang merah melebihi harga rata-rata (harga standar)
yang tidak terjangkau sesuai kemampuan dan daya beli masyaarakat petani,
sehingga mengakibatkan pengeluaran yang besar bagi masyarakat. Dua permasalhan
lain, kata massa aksi, maslah penyaluran dan pendistribusian pupuk bersubsidi
yang tidak tepat sasaran serta saat musim tanam para petani dirugikan pula
dengan kelangkaan pupuk serta obat-obatan ditambah dengan harga yang melambung.
Penyebabnya, kata meraka, tentu
karena harga pasar yang tidak terkontrol, sehingga harga jual seenaknya
dipermainkan oleh para pemodal baik lokal pun regional. Termasuk banyaknya
impor bawang merah dari luar negeri baik untuk konsumsi maupun bibit serta distribusi
pupuk yang tidak merata dan tidak tepat sasaran dikarenakan banyaknya calo
ataupun orang-orang yang bermain dalam penyaluran pupuk tersebut sehingga
mengakibatkan kelangkaan pupuk bagi petani.
Perwakilan petani bawang merah Sape
dan Lambu itu, disamping mengemukakan berbagai permasalahan dan faktor penyebab
meruginya petani bawang juga menyampaikan berbagai solusi cerdas yang bisa
ditempuh pemerintah sebagai bagian tak terpisahkan dari isi tuntutan.
Diantaranya, meminta pada pemerintah untuk membeli hasil panen petani sehinga
pada saatnya pula bisa dijadikan bibit oleh petani yang dibeli dari pemerintah.
Pula, meminta pada pemerintah untuk menjaga stabilitas harga jual pasca panen.
Pantauan koran ini, aksi demo sempat
tegang ditengah terik begitu panas. Sebabnya, saat dua anggota parlemen
Kabupaten Bima, Drs H Mustahid H Kako serta Ir Ahmad yang sama-sama duduk di
Komisi III atau komisi yang bukan tupoksinya soal yang dituntut masyarakat tani
tersebut, mengaku hanya bisa menampung aspirasi yang disampaikan yang
selanjutnya akan diserahkan pada Komisi II yang berwenang menyelesaikan
persolan. Penjelasan dua anggota bahwa komisi II sudah keluar daerah pun
pimpinan dewan yang tidak ada ditempat, membuat massa aksi keberatan dan
mendesak yang berwenang menjawab harus hadir dihadapan mereka.
Sejurus kemudian, massa aksi kembali
diterima anggota dewan dari Dapil IV atau Dapil dimana massa aksi berada. M
Aminurllah SE, langsung menanggapi tuntutan warganya dengan berjanji secepat
mungkin akan menyampaikan aspirasi dan desakan warga tani Sape dan Lambu pada
Bupati Bima selaku eksekutif yang berwenang menyelesaikan dan mencarikan solusi
atas persoalan yang tengah mendera warga tani. (SM.08)