Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Mahasiswa UGM Lakukan Pemetaan Ekowisata di Kolo

23 Juli 2012 | Senin, Juli 23, 2012 WIB Last Updated 2012-07-23T03:10:02Z


Terobosan besar telah dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Untuk kali pertama dalam sejarah berdirinya Perguruan Tinggi tertua sekaligus terkemuka di Indonesia ini, UGM mengirim mahasiswa melakukan KKN di wilayah Kota Bima. Istimewanya, adalah dipilihnya Kelurahan Kolo sebagai tempat melaksanakan program bhakti masyarakat tersebut.

Berikut catatan, Wartawan Suara Mandiri, S.Samada

KEHADIRAN mahasiswa UGM di tengah-tengah masyarakat Kolo sungguh menjadi hal yang baru, tak heran hampir segenap lapisan masyarakat antusias menyambut kedatangan mereka. Kegiatan KKN UGM kali ini dijadwalkan berlangsung lebih kurang 5 pekan sejak tanggal 12 Juli 2012, dengan jumlah personel 25 orang mahasiswa dengan berbagai latar belakang bidang ilmu yang berbeda, bahkan mereka berasal dari suku dan etnis yang majemuk.
Menurut Yugo Septo, Ketua KKN Mahasiswa tujuan utama KKN yang pertama di wilayah pintu gerbang Kota Bima melalui laut ini adalah untuk pemetaan ekowisata, berbeda dengan pola KKN sebelumnya yang biasanya menekankan pada aspek pembangunan fisik, maka kegiatannya lebih pada kegiatan pendataan potensi wisata sekaligus pengembangan asset seperti hasil pertanian agar lebih dipoles dan dikelola secara arif melalui melalui menajemen pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir kolo. 
Yugo menambahkan, Kolo memiliki banyak potensi wisata yang belum tergali untuk bisa dikembangkan menjadi asset wisata berharga bagi Kota Bima yang selama ini hanya menjadi daerah transit khususnya wisatawan manca Negara sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Komodo.
Santika, salah seorang mahasiswa sekaligus atlet nasional softball ini mengemukakan, Kolo sangat bisa diandalkan menjadi titik-titik emas bagi pariwisata di daerah terluar Kota Bima ini, bentangan alam yang indah dengan topografi pegunungan yang menakjubkan ditambah lagi dengan keindahan pantainya yang putih bersih, air laut biru jernih, karena belum banyak pencemaran industri dangan berlatar belakang hutan tropis meskipun terkesan agak kering membuat sektor pariwisata bahari menjadi potensi besar yang bisa dikembangkan di kemudian hari.  
Tokoh Masyarakat Kolo, Zainul Arifin, SH menambahkan, sejauh ini telah banyak kegiatan yang dilakukan mahasiswa untuk menunjukkan dharma bhaktinya bagi masyarakat Kolo, antara lain memberikan pelatihan dan bimbingan teknis pengelolaan hasil pertanian bagi kaum muda dan remaja, khususnya siswa yang sedang duduk di bangku SD dan SMP serta pendataan dan analisas potensi wisata bahari khususnya kondisi terumbu karang (coral reef) yang selama ini sebagian besar telah rusak dan hancur akibat ulah nelayan yang menurunkan jangkar ataupun mengambil hasil laut dengan cara – cara yang illegal.
Sadar atau tidak, kepariwisataan modern diprediksikan lebih terorientasi pada daerah pantai dan laut yang airnya seperti di pantai kolo. Di tempat inilah, wisatawan dari bagian dunia ataupun wisatwan lokal bermandi surya yang eksotis, berdipankan pasir lembut, dan air laut biru jernih serta di bawah keramahan pohon asam yang tetap setia menaungi wisatawan yang datang di wilayah Kolo. 
Diharapkan kedepan wisatawan yang datang ke pantai Kolo tidak hanya wisatawan lokal namun bisa menarik perhatian wisatawan manca, mereka datang tidak hanya untuk beristirahat, melainkan juga untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga air seperti berenang, menyelam, menikmati keindahan ekosistem terumbu karang, bersampan, berlayar di laut, memancing dan bercanda ria sambil berlari kecil dengan keluarga, teman dan sahabat di tepi pantai berlatarkan pemandangan yang indah dan kondisi terumbu karang yang terjaga.
Diving dan snorkling adalah agenda kegiatan lain yang akan dilakukan oleh mahasiswa untuk melihat kondisi terumbu karang di wilayah pantai Kolo dimulai dari So Bonto sampai So Sanumbe.  Mira salah seorang wakil mahasiswa sangat terenyuh melihat sesaat kondisi terumbu karang di wilayah ini yang kondisinya sangat memprihatinkan karena melihat keindahan bawah laut semisal terumbu karang merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan tak akan terlupakan oleh wisatawan daripada sekedar berjalan-jalan sepanjang pantai.
Kondisi Pantai Kolo sesungguhnya sangat memungkinkan untuk tumbuh suburnya karang, karena banyak laut yang dangkal, sedikitnya sedimentasi serta tidak adanya arus dingin”, ujarnya.
Mudah-mudahan adanya program KKN UGM di wilayah Kolo kali pertama ini membuat wilayah yang selama ini termarginalkan, namanya lebih dikenal di tingkat nasional maupun internasional. Yugo berharap kiranya Pemerintah Kota Bima lebih arif dalam membuat kebijakan, khususnya untuk pengembangan wilayah ekowisata dalam arti pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu; ekonomi masyarakat, lingkungan, dan sosial-budaya.
Kata dia, pengembangan pariwisata alternatif berkelanjutan khususnya ekowisata merupakan pembangunan yang mendukung pelestarian ekologi dan pemberian manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
Mari kita berdo’a semoga Kolo ke depan menjadi daerah ekowisata yang membanggakan Kota Bima dan menjadi pintu rezeki bagi generasi muda masa sekarang dan masa yang akan datang”, harapnya, menutup pertemuan singkat itu. (*)
×
Berita Terbaru Update