Terobosan besar telah dilakukan
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Untuk kali pertama dalam sejarah berdirinya Perguruan Tinggi tertua sekaligus
terkemuka di Indonesia ini, UGM mengirim mahasiswa melakukan KKN di wilayah Kota Bima. Istimewanya, adalah dipilihnya Kelurahan Kolo sebagai tempat
melaksanakan program bhakti masyarakat
tersebut.
Berikut catatan, Wartawan Suara Mandiri, S.Samada
KEHADIRAN mahasiswa UGM di
tengah-tengah masyarakat Kolo sungguh menjadi hal
yang baru, tak heran hampir segenap lapisan masyarakat antusias menyambut
kedatangan mereka. Kegiatan KKN UGM kali ini dijadwalkan berlangsung lebih
kurang 5 pekan sejak tanggal 12 Juli 2012, dengan jumlah personel 25 orang mahasiswa dengan berbagai latar
belakang bidang ilmu yang berbeda, bahkan mereka berasal
dari suku dan etnis yang majemuk.
Menurut Yugo Septo, Ketua KKN Mahasiswa
tujuan utama KKN yang pertama di wilayah pintu gerbang Kota Bima melalui laut
ini adalah untuk pemetaan ekowisata, berbeda dengan pola KKN sebelumnya yang
biasanya menekankan pada aspek pembangunan fisik, maka kegiatannya lebih pada
kegiatan pendataan potensi wisata sekaligus pengembangan asset seperti hasil
pertanian agar lebih dipoles dan dikelola secara arif melalui melalui menajemen
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir kolo.
Yugo menambahkan, Kolo memiliki banyak potensi wisata yang belum tergali untuk bisa
dikembangkan menjadi asset wisata berharga bagi Kota Bima yang selama ini hanya menjadi daerah transit khususnya wisatawan
manca Negara sebelum mereka melanjutkan perjalanan
menuju ke Pulau Komodo.
Santika, salah seorang mahasiswa sekaligus
atlet nasional softball ini mengemukakan, Kolo sangat bisa diandalkan menjadi titik-titik emas bagi pariwisata di
daerah terluar Kota Bima ini, bentangan alam yang indah dengan topografi
pegunungan yang menakjubkan ditambah lagi dengan keindahan pantainya yang putih
bersih, air laut biru jernih, karena belum banyak pencemaran industri dangan
berlatar belakang hutan tropis meskipun terkesan agak kering membuat sektor pariwisata bahari menjadi potensi besar yang bisa
dikembangkan di kemudian hari.
Tokoh Masyarakat Kolo, Zainul Arifin, SH
menambahkan, sejauh ini telah banyak kegiatan yang dilakukan
mahasiswa untuk menunjukkan dharma bhaktinya bagi masyarakat Kolo, antara lain memberikan pelatihan dan bimbingan teknis
pengelolaan hasil pertanian bagi kaum muda dan remaja, khususnya siswa yang
sedang duduk di bangku SD dan SMP serta pendataan dan analisas potensi wisata
bahari khususnya kondisi terumbu karang (coral reef) yang selama ini
sebagian besar telah rusak dan hancur akibat ulah nelayan yang menurunkan
jangkar ataupun mengambil hasil laut dengan cara – cara yang illegal.
Sadar atau tidak, kepariwisataan modern diprediksikan lebih terorientasi
pada daerah pantai dan laut yang airnya seperti di pantai kolo. Di tempat
inilah, wisatawan dari bagian dunia ataupun wisatwan lokal bermandi surya yang
eksotis, berdipankan pasir lembut, dan air laut biru jernih serta di bawah
keramahan pohon asam yang tetap setia menaungi wisatawan yang datang di wilayah Kolo.
Diharapkan kedepan wisatawan yang datang ke pantai Kolo tidak hanya
wisatawan lokal namun bisa menarik perhatian wisatawan manca,
mereka datang tidak hanya untuk beristirahat, melainkan juga
untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga air seperti berenang, menyelam,
menikmati keindahan ekosistem terumbu karang, bersampan, berlayar di laut,
memancing dan bercanda ria sambil berlari kecil dengan keluarga, teman dan
sahabat di tepi pantai berlatarkan pemandangan yang indah dan kondisi
terumbu karang yang terjaga.
Diving dan snorkling adalah agenda
kegiatan lain yang akan dilakukan oleh mahasiswa untuk melihat kondisi terumbu
karang di wilayah pantai Kolo dimulai dari So
Bonto sampai So Sanumbe. Mira salah seorang wakil mahasiswa sangat
terenyuh melihat sesaat kondisi terumbu karang di wilayah ini yang kondisinya
sangat memprihatinkan karena melihat keindahan bawah laut semisal terumbu
karang merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan tak akan terlupakan
oleh wisatawan daripada sekedar berjalan-jalan sepanjang pantai.
“Kondisi Pantai Kolo
sesungguhnya sangat memungkinkan untuk tumbuh suburnya karang, karena banyak
laut yang dangkal, sedikitnya sedimentasi serta tidak adanya arus dingin”, ujarnya.
Mudah-mudahan adanya program KKN UGM di
wilayah Kolo kali pertama ini membuat wilayah yang selama ini
termarginalkan, namanya lebih dikenal di tingkat nasional maupun internasional.
Yugo berharap kiranya Pemerintah Kota Bima lebih arif dalam membuat kebijakan, khususnya untuk pengembangan wilayah ekowisata dalam
arti pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara aktif membantu
menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan
memperhatikan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan yaitu; ekonomi
masyarakat, lingkungan, dan sosial-budaya.
Kata dia, pengembangan pariwisata
alternatif berkelanjutan khususnya ekowisata merupakan pembangunan yang
mendukung pelestarian ekologi dan pemberian manfaat yang layak secara ekonomi
dan adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
“Mari kita berdo’a semoga
Kolo ke depan menjadi daerah ekowisata yang
membanggakan Kota Bima dan menjadi pintu rezeki bagi generasi muda masa
sekarang dan masa yang akan datang”, harapnya, menutup pertemuan singkat itu. (*)