Kota Bima, (SM).- Ratusan pelajar dari empat
sekolah seperti SDN 13, SDN 68, SMPN 10 Kota Bima dan SMKN 4 Kota Bima
melaksanakan gotong royong memberihkan pesisir pantai dan sekitarnya, Sabtu
(16/06). Masing-masing Kepala Sekolah, langsung memimpin kegiatan tersebut yang
dimulai dari arah Utara menuju Selatan sekitar Pondok Wisata miliki Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima.
Liputan Koran ini,
kegiatan gotong-royong tersebut juga dihadiri Kepala Kelurahan Kolo, Abdin
Manan yang didampingi anggota penyuluh Kelurahan Kolo. Nampak, sekali
kebersamaan para pelajar dari berbagai tingkatan pendidikan itu yang bahu
membahu membersihkan sampah sepanjang pantai.
Lurah Kolo, Abdin
Manan kepada Suara Mandiri mengaku, kegiatan gotong royong ini dilakukan guna
menindaklanjuti himbauan Walikota Bima dalam rangka Bulan Bhakti Gotong Royong
tingkat Kota Bima. Disamping itu, pembersihan ini juga dilakukan demi menjaga
kebersihan khususnya pantai Kolo, sebagai daya tarik pariwisata bagi para
wisatawan, khusunya wisatawan lokal. “Kedepan kami akan terus berupaya
melakakukan gotong royong dan menghimbau masyarakat Kolo untuk sadar kebersihan
pantai, sehingga ikon Kolo Kota Wisata bisa diwujudkan”, ungkapnya.
Sementara itu,
Kepala SDN 68 Kota Bima, Syamsuddin Landa mengatakan, setelah jalan lintas Melayu
Kolo ini diaspal, sejak saat itupula sepanjang Pantai Kolo sudah mulai
didatangi para wisatawan lokal.
“Kolo ini sebagai
tempat alternatif untuk berrekreasi dalam kota yang cukup nyaman, apalagi
jalannya sudah dihotmix. Untuk itu memang harus disadari oleh semua warga Kolo,
khususnya kaum pelajar untuk turut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan”,
pintanya.
Iapun menyambut
baik, adanya rencana pemerintah yang memusatkan Kolo sebagai salah satu ikon
pariwisata Kota Bima ataupun semacamnya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, harus
mendapatkan dukungan semua pihak.
Salah seorang guru
yang enggan menkorankan namanya, mengkirtik kebaradaan pondok wisata yang
dibangun pemerintah. Katanya, Pondok Wisata itu saat ini sudah menjadi kandang
kambing, karena tidak ada yang menjaganya, kondisinya sudah rusak sebab tidak
dirawat. “Sayang sekali, bangunan itu sia-sia. Inilah bentuk keegoiusan
pemerintah dalam membuat program. Tak pernah ada tindak lanjutnya, entah mau
dijadikan apa pondok itu”, herannya.
Ia pun berandai,
jika tidak manfaatkan, sebaiknya pondok itu digunakan untuk perumahan guru,
sambil menunggu rencana Pariwisata berikutnya. “Dari pada jadi kandang binatang
dan tempat “mesum”, lebih baik jadia perumahan guru atau apalah yang
bermanfaat”, sorotnya.
Ia menambahkan, agar
pantai Kolo terjaga kebersihannya, pemerintah harus memasang papan peringatan
atau himbauan kepada masyarakat maupun pengunjung pantai Kolo untuk menjaga
kebersihan, dan tidak lagi mengambil batu dan pasir di sepanjang pantai.
“Jika ini dilakukan
pantai akan terlihat bersih dan indah. Jika pasir dan batu tidak diambil lagi,
tentu tidak akan terjadi abrasi. Untuk itu diperlukan sikap yang tegas dari
pemerintah terkait”, sarannya. (SM.02)