Bima, (SM).- Kurangnya kepedulian dan pengetahuan dari sejumlah
pengusaha Warung Internet (warnet) di Kabupaten Bima dalam pemblokiran
situs-situs porno, disesalkan Mustamin, guru Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) SMA Islam Al Maliki Kecamatan Woha.
Menurut Mustamin, sepuluh warnet
yang pernah dikunjunginya, dia mengklaim hanya satu yang melalukan pemblokiran
terhadap situs porno. Sebagai guru dan pemerhati IT di Kecamatan Woha, dia
merasa prihatin, karena pornografi saat ini adalah musuh utama dunia
pendidikan, dan saluran utama dari penyebaran Pornografi itu sendiri adalah
lewat internet. “Harusnya sebagai penyedia jasa, pengusaha warnet peduli dengan
‘kesehatan’ lingkungan usahanya, sehingga client dapat berinternet
dengan sehat,” terang Mustamin.
Dikatakannya, sebagai pengguna,
tentu saja tidak dapat menyalahkan dan melakukan aksi sabotase terhadap
internet, lagipula internet hanyalah obyek. Paling baik yang bisa dilakukan
pihaknya, mengatur penggunaan internet itu sendiri. Pengusaha internet punya
otorisasi penuh untuk membatasi hak akses bagi clientnya terhadap
situs-situs tertentu dalam hal ini situs yang memuat kontent-kontent
pornografi.
Mustamin
menilai, peran serta pengusaha warnet sangat besar nilainya dalam
meminimalisasi penyebaran pornografi di kalangan anak muda. Meski akses
internet tidak melulu dilakukan di warnet, tapi minimal internet dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan kerja tidak dapat dilakukan secara bebas
karena dia yakin orang tua dalam keluarga dan Bos dalam lingkungan kerja
tidak akan menutup mata dari keberadaan pornografi dalam lingkungannya
masing-masing.
Mustamin berharap adanya partisipasi
dari pengusaha warnet dan pengelola PLIK untuk mendukung program internet
sehat, dengan memblokir situs-situs porno. Dia yakin dengan adanya pemblokiran
tersebut tidak akan banyak berpengaruh terhadap pemasukan usaha.
Malah, lanjutnya, hal itu akan lebih
meningkatkan pemasukan usaha, karena berdasarkan hasil riset ‘kecil-kecilan’
yang pernah dilakukan, rata-rata pengguna internet merasa tidak betah
berlama-lama menggunakan internet di warnet adalah karena lamanya loading
(lola) waktu akses. Dia mensinyalir, sebagian besar jatah bandwitch digunakan
untuk mendownload dan atau menonton film-film porno secara
online.
Senada dengan Mustamin, Ovan salah
seorang pengusaha warnet yang beroperasi di bilangan pertokoan Tente bahwa
pemblokiran terhadap situs porno sama sekali tidak berpengaruh terhadap
pemasukan usaha warnet. “Alhamdulillah, kami tidak merasakan adanya penurunan income
usaha sejak kami memblokir situs porno mulai setahun yang lalu. Malah sejak
memakai jasa Nawala Project dalam menyaring situs-situs porno, pemasukan
warnet malah relatif meningkat,” akunya.
Kedepan, Ovan berharap sosialisasi
internet sehat tidak melulu dilakukan dalam lingkungan sekolah tapi lebih lagi
terhadap pengusaha warnet dan pengelola PLIK. “Saya sangat berharap Dinas terkait
dan teman-teman dari Kampung Media bisa turun mengunjungi warnet-warnet untuk
mensosialisasikan internet sehat. Saya yakin teman-teman pengusaha warnet bukan
melulu karena tidak peduli tapi lebih kepada ketidaktahuan mereka tentang
internet sehat. Toh tidak semua pengusaha warnet itu paham IT,”
tandasnya. (SM.01)