Dompu, (SM).- Balai Benih Ikan (BBI) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan (Dislutkan) Kabupaten Dompu merupakan potensi Pendapatan Asli daerah
(PDA) terbesar pada instansi tersebut.
Dari hasil pengamatan langsung
wartawan koran ini di lokasi BBI yang bertemat di Dusun Selaparang, Desa Matua,
Kecamatan Woja, nampak berjejer kolam – kolam permanen dipenuhi berbagai jenis
induk dan bibit ikan air tawar.
Kolam – kolam ikan pada BBI
tak pernah kekurangan suplai air, karena keberadaanya cukup strategis yang
didukung oleh keteresediaan sumber air dari Bendungan Raba Baka Desa yang
mengalir melalui saluran irigasi.
Nurul Kamal S.PI, Kepala BBI yang
dikonfirmasi Kamis (24/5) mengatakan, kolam BBI dibangun pada tahun 1986.
Jumlah kolam yang dibangun sebanyak 27 dengan rincian 24 unit
kolam permanen dan 3 unit kolam tradisional.
Ada banyak macam ikan air tawar yang
dibudidayakan, mulai dari nila, tawes, karper, lele, bawal dan patin.
Dari berbagai jenis ikan tersebut cuma Bawal dan Patin yang
belum dapat dikembangkan karena memerlukan keahlian khusus dan
temperatur suhu yang tepat untuk menanganinya. Lagipula bawal dan patin
merupakan spesies yang masih baru di BBI. ‘’Mulai dari nila sampai lele
kami kembangkan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat peternak
ikan. Sementara bawal dan patin masih dalam tahap uji coba
pengembangan,’’tandasnya.
Tambahnya, bibit ikan yang
dikembangkan selalu mendapat tempat dihati masyarakat setiap saat. Tak hanya
memenuhi kebutuhan masyarakat Dompu, bahkan sebagian masyarakat Kabupaten Bima
menggantungkan kebutuhan bibit ikan air tawar dari BBI ini. Tak heran
jika sektor ini bisa mendatangkan PAD yang cukup besar setiap tahunnya.
Misalnya tahun 2011 jumlah PAD dari BII sebesar Rp40 lebih juta.
‘’Masyarakat yang butuh bibit membeli disini. Jadi dari catatan PAD Dislutkan
dari pembibitan dan pembesaran ikan totalnya senilai Rp50 juta,’’katanya.
Selain untuk dijual, BBI juga
mendukung program pemerintah dibidang peningkatan komsumsi ikan air tawar
melalui pelepasan ikan di lokasi perairan seperti sungai, waduk dan lagon.
Namun dalam perjalanan usaha BBI
lanjutnya, mengalami beberapa kendala diantaranya ketersediaan pakan yang
belum memadai. Pasalnya pihaknya masih bergantung pada pakan dari
industri. Karena kondisi demikian sehingga pihaknya terpaksa mengurangi
populasi pembenihan ikan yang disesuaikan dengan ketersediaan pakan. ‘’Pakan
ikan yang masih kurang,’’terangnya.
Namun tahun ini pihaknya berupaya
memproduksi pakan sendiri dengan dukungan bahan baku yang ada. Tapi harus
diakui pakan yang mereka hasilkan masih relativ kecil, karena tidak sesuai
dengan kemampuan anggaran. ‘’Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk
membuat pakan sendiri agar tidak bergantung pada pakan olahan pabrik. Sayangnya
dukungan dana untuk membeli bahan baku pembuatan pakan masih minim,’’tuturnya.
Disamping itu kendala yang mereka
hadapi yakni banyak kolam ikan telah bocor akibat faktor usia. Akan
tetapi sudah titik terang dari pemerintah pada tahun 2012 ini untuk
memperbaikinya walaupun dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan
anggaran. (SM.15)