Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kebohongan Menguat, Dua Anggota Pansus Mundur

08 Mei 2012 | Selasa, Mei 08, 2012 WIB Last Updated 2012-05-08T05:04:43Z

Dua orang Pansus Honorer sepakat mengudurkan diri dari Pansus honorer, karena terindikasi ada yang tak beres, Senin (07/5). Disamping kanan Abdul Fakah dari Partai Golkar dan sebelah kanan Kaharuddin Ase dari PAN. (Foto: Dedy SM)
Dompu, (SM).- Dua orang anggota Panitia Khusus (Pansus) honorer DPRD Dompu Kaharuddin Ase dari PAN  dan Abdul Faka dari Golkar, secara tegas menyatakan undur diri dari Panitia Khusus (Pansus)  karena tak tahan adanya dugaan kebohongan yang terjadi dalam tubuh Pansus. Kaharuddin Ase terlihat Walk Out dari ruangan rapat internal dewan yang dipimpin Ketua Pansus  Sirajuddin  SH.

Kepada sejumlah wartawan, Kaharuddin mengatakan, dirinya telah menyampaikan secara lisan keinginannya mengundurkan diri dari Pansus. Alasannya, karena ada ketidakberesan di dalam tubuh Pansus. “Saya sudah undur diri dari anggota Pansus karena saya kecewa dengan beberapa orang di dalamnya yang sudah bermain diluar koridor hukum,” ungkapnya.
Dia membeberkan, Ketua Pansus Sirajuddin dan Wakil Ketua Pansus H.Didi Wahyuddi SE, telah menerima uang masing – masing sebesar Rp 10 juta. Uang itu, tambahnya berasal dari BKD yang dikumpulkan dari beberapa orang honorer.
Lanjutnya, uang tersebut peruntukannya bagi biaya keberangkatan mereka ke BKN untuk memperjuangkan nasib honorer sebanyak 80 orang di luar 173 orang honorer yang lolos dalam data nominatif BKN. “H.Didi sudah mengakui telah menerima uang 10 juta itu dihadapan kami melalui rapat internal Pansus tadi,” katanya.
Oleh karenanya, dia memilih mengudurkan diri karena tidak ingin terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum. “Saya yakin masalah ini  larinya ke rana hukum dan saya ingin terlibat di dalamnya,” pungkas Kaharuddin Ase.
Hal senada juga disampaikan Abdul Faka. Dia memilih mengundurkan diri dari Pansus, karena menilai kinerjanya sudah tak obyektif lagi dan  penuh dengan muatan kepentingan. Mengenai uang 10 juta yang diterima  Ketua dan Wakil Ketua Pansus  dari BKD dinilainya sebagai masalah yang dapat menciderai kerja Pansus dan institusi DPRD. Malahan dia sudah menghadirkan kepala BKD H.Moh Syai’un SH untuk melakukan klarifikasi langsung di hadapan rapat Pansus mengenai  sumber  dana dimaksud.
“Saya tanyakan ke Kepala BKD apakah benar dana masing – masing 10 juta untuk ketua dan wakil Pansus adalah pemberian bapak? Syai’un menjawab tidak pernah menyerahkan uang  sejumlah  itu kepada mereka,’’cetus Abdul Faka di hadapan wartawan.
Menurutnya, sedikit  demi sedikit  ketidak beresan di dalam Pansus mulai terburai kepermukaan. ‘’Mungkin sekarang yang terbongkar soal uang 10 juta. Tapi saya curiga mungkin saja ada penarikan uang dari  sejumlah tenaga honorer dengan jumlah yang lebih besar dengan iming – iming diluluskan,’’tegasnya.
Di tempat terpisah Ketua Pansus Sirajuddin SH yang dihubungi membantah keras jika uang 10 juta yang diambil dari BKD untuk melobi BKN agar meloloskan honorer sebanyak 80 orang diluar 173 orang yang masuk nominasi BKN. ‘’Memang benar saya dan H,Didi menerima uang 10 juta/orang. Tapi salah kapra kalau ada urusannya dengan 80 orang honorer,’’ katanya.
Dia menegaskan, dirinya tidak tahu menahu soal adanya 80 orang honorer diluar 173 yang lolos di BKN formasi database kategori satu (K1).  ‘’Pansus tugasnya bukan menambah jatah dan bukan pula mengurangi jatah yang ada. Kami hanya mengidentifikasi, memferifikasi  dugaan manipulasi data dan pelaku yang terlibat,” tandasnya.
Dia menjelaskan, dana 10 juta dia terima dari H.Didi pada akhir tahun 2010. Kata Sirajuddin, H. Didi bilang kepadanya bahwa uang itu berasal dari BKD untuk biaya perjalanan bersama rombongan eksekutif diantaranya Wakil Bupati, Kepala BKD dan bawahannya, serta dirinya bersama H. Didi. Tujuan ke BKN untuk membawa data honorer K1 sebanyak 429 orang.
Mengenai dari mana BKD mendapatkan uang itu, Sirajuddin mengaku tak ingin masuk kedalamnya, tapi yang penting ia merasa tujuan perjalanannya cukup positif untuk memperjuangkan kepentingan daerah di pemerintah  pusat. “Kami diajak oleh BKD sehingga wajar jika mereka yang membiayai kami. Kami diajak hanya untuk menyakinkan pihak BKN tentang niat baik pemerintah daerah memperjuangkan nasib para honorer agar lulus semua 429 orang honorer ini,’’katanya seraya menambahkan ‘’ Kami ke BKN jakarta bertemu langsung dengan Direktur  Pengembangan dan Pengendalian Pegawai. Pejabat itu mengiakan permintaan kami. Setelah itu saya tidak ada urusan lagi dengan honorer database,’’ujar politisi asal PPP.
Sirajuddin menyadari serangan dan kecurigaan anggota Pansus terhadap dirinya sebagai Ketua Pansus cukup bergejolak belakangan ini. Hal demikian membuat dia berniat mengundurkan diri secara resmi. Selepasnya dirinya tidak mau tahu dampak yang akan menerpa lembaga DPRD.
“Kalau saling tidak percaya, saya lebih baik undur diri,’’tegasnya ‘’Bagi mereka yang tidak puas dan ingin membuktikan siapa yang terlibat permaianan seperti yang dituduhkan, lebih baik laporkan saja ke polisi biar jelas, daripada main fitnah,” cetusnya. (SM.15)

×
Berita Terbaru Update