Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Siswa Korban Pemukulan Diancam tidak Diluluskan?

07 Maret 2012 | Rabu, Maret 07, 2012 WIB Last Updated 2012-03-07T03:00:23Z

Dompu, (SM).- Pasca mendapat kekerasan fisik, Lusti Tirani, siswi kelas 3A SMPN 1 Woja, kembali mengalami dugaan penyiksaan secara psikologis dari beberapa oknum gurunya berupa ancaman untuk tidak diluluskan dalam ujian akhir sekolah.

Bapak kandung korban, Syamsuddin kepada wartawan Selasa (06/3), dua hari setelah menerima dugaan pemukulan yang dilakukan oknum guru SMPN 1 Woja Jnd, Lusti sempat masuk sekolah. Namun apes, saat berada di sekolah dirinya malah mendapat ancaman dari oknum guru bahwa dirinya tidak akan diluluskan pada ujian akhir sekolah.
Tak hanya itu, Lusti kepada bapaknya mengaku mendapat ejekan dari sejumlah teman – teman di sekolah khususnya kelas 3A. Pasalnya rekan  sekelas korban mengaku menjadi imbas atas sikap keluarga korban yang mempersoalkan kasus pemukulan itu pada aparat kepolisian. Terlebih lagi, nama baik sekolah menjadi tercemar.  
Karena demikian, Lusti tak mau masuk sekolah, sebab merasa malu terhadap teman – temannya dan tak ingin mendengar lagi ejekan. 
“Anak saya tidak mau datang sekolah setelah dengar ejekan rekan sekelasnya dan ancaman oknum guru yang tidak akan meluluskannya, ujar Syamsuddin yang didampingi keluarganya Imran SH saat berada di ruangan kerja Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Woja.
Tambahnya, maksud kedatangannya ke sekolah untuk meminta kepada Kasek setempat agar dapat menyelesaikan masalah ini sehingga anaknya tidak  lagi mendapatkan penghinaan dan  ancaman tindak diskriminasi oleh gurunya. Pasalnya  sebagai orangtua  Lusti dirinya merasa khawatir jika anaknya terus – terusan tidak masuk sekolah, dapat merugikan dirinya karena harus meninggalkan banyak mata pelajaran penting. Padahal dia tak lama lagi akan menghadapi ujian akhir sekolah (UAS) dan ujian nasional (UN).
Saya harap Kasek tidak membiarkan masalah ini berlarut – larut sehingga beban psikologi anak saya terganggu. Terlebih lagi anak sayakan harus segera masuk sekolah agar dia bisa mempersiapkan diri menghadapi UAS dan UN yang akan berlangsung tak lama lagi, tandasnya.
Sementara itu, Kepala SMP 1 Woja, Jakaria S.Pd, Ing yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah melakukan klarfikasi terhadap masalah dugaan pemukulan ini kepada guru JND, bahkan kepada beberapa orang guru dan siswa satu kelas dengan Lusti. Dari keterangan yang mereka berikan bahwa pada saat itu, JND tidak memukuli Lusti di bagian kepala seperti yang dilontarkan orangtuanya Syamsuddin terhadap sejumlah media massa. Akan tetapi, JND hanya merunduk kepada siswanya saat melaksanakan latihan upacara bendera. Jadi JND maupun para saksi mata lainnya membantah jika Lusti dipukul, tukasnya.
Menurutnya, tuntutan orangtua Lusti seperti yang termuat dalam pemberitaan sebelumnya supaya guru JND meminta maaf di hadapan semua guru dan siswa pada upacara bendera atas tindakan pemukulan itu, menurutnya itu sangat berlebihan dan dianggap sebuah penghinaan baik terhadap pribadi maupun atas nama lembaga pendidikan.
Guru berperan sebagai orangtua siswa di sekolah. Masa harus diperlakukan seperti itu. Saya anggap terlalu berlebihan. Kalau soal minta maaf cukup interen saja, dan untuk apa di depan umum, ungkapnya.
Lebih jauhnya, dia juga membantah soal ancaman oknum guru yang tidak ingin meluluskan Lusti lantaran kasus ini. Menurutnya, itu hanya isu yang sengaja disebarkan oleh pihak tidak bertanggung jawab guna memanas – manasi antara kedua belah pihak.
Dirinya tidak menginginkan muncul masalah baru yang justru dapat merusak citra dan nama baik sekolah dengan tindakan yang tidak elegan. Dirinya menjamin hal demikian tak akan terjadi dan akan tetap mengedepankan sikap profesionalitas sebagai seorang pendidik. Bila Lusti memperoleh nilai tinggi, jadi tak mungkin tidak diluluskan.
Jika siswa rekannya yang mengejek, saya tidak bisa pastikan apakah ada atau tidak. Tapi jika ada, saya akan berikan pembinaan agar tidak mengulangi lagi”, terangnya. (SM.15) 
×
Berita Terbaru Update