Bima, (SM).- Kendati baru ada Januari tahun ini,
Rumah Singgah Bali yang menampung warga Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten
Dompu sangat dirasakan manfaatnya. Bagaimana tidak, tak jelasnya tempat sekedar
berteduh, menjadi solusi untuk masyarakat menengah kebawah di tiga daerah itu
saat berada di Bali untuk segala urusan.
Di Kota Pariwisata tersebut,
masyarakat di tiga daerah itu lebih banyak karena urusan berobat. Mengantar dan
menemani sanak saudara untuk mendapatkan perawatan yang lebih canggih, modern,
dan tentu mahal. Namun, RSUD dan RS Swasta setempat tak menyediakan tempat
untuk menampung para penunggu pasien. Di ruangan pasien, penunggu hanya
memperbolehkan dua orang saja, tidak lebih.
Karena tak ada cara lain, keluarga
pasien yang tidak mampu, hanya bisa tidur dan menghabiskan siang malam di teras
RSU Sanglah. Masih untung keluarga pasien yang memiliki keluarga di daerah itu,
mereka bisa numpang nginap. Atau keluarga pasien yang tergolong kaya, mereka
bisa menyewa hotel atau minimal memilih tinggal di Kos-kosan yang ada di
sekitar itu. Tapi yang tidak mampu, harus pintar-pintar mencari cara agar tidak
terkena hujan saat hendak merebahkan raga.
Berangkat dari rasa iba melihat
kondisi tersebut, sejumlah warga asli Bima dan Dompu merealisasikan inisitaif
untuk mendirikan Rumah Singgah Bali. Mereka mengemukakan keinginannya pada tiga
pemerintahan tersebut. Kendati mendapat respon positif, namun belum sepenuhnya
memberikan bantuan. “Rumah Singgah ini ada sejak awal Januari lalu.
Alhamdulillah, meski baru lima kamar, tapi sudah sangat bermanfaat,” ujar
anggota Rumah Singgah Bali, Salahudin beberapa waktu lalu.
Saat ditemui Koran ini, Salahudin
yang ditemani oleh anggota lainnya, Haerun, mengajak untuk melihat kondisi
Rumah Singgah tersebut. Bentuknya sangat sederhana, bangunan yang menyerupai Kos-kosan
itu sangat sempit. Jumlah kamarnya ada lima, dengan ukuran masing-masing kamar
sekitar 3x4 meter. Didalamnya, hanya tersedia satu tempat tidur dan dengan WC
dalam. Di depannya hanya ada teras dengan panjang sekitar 70 centimeter. Selain
digunakan untuk berkumpul, teras tersebut juga digunakan untuk menjemur pakaian
penghuninya. “Kita merencanakan adanya Rumah Singgah ini sejak sepuluh tahun
lalu, tapi baru terwujud sekarang,” beber Salahudin.
Diakuinya, terwujudnya Rumah Singgah
Bali, karena sudah adanya bantuan dari pemerintah. Dari tiga pemerintah yang
ada, baru Kabupaten Bima yang sudah menyerahkan dana sebesar Rp10 juta,
sedangkan dua pemerintahan lain, sudah dibicarakan dan menyanggupi, hanya saja
belum menyerahkan dana yang dimaksud. “Hingga kini kami masih menunggu dari
Walikota Bima dan Bupati Dompu,” terangnya.
Dana Rp10 juta yang diserahkan
Bupati Bima, pria yang sehari-harinya bekerja di Agen Pariwisata Bali itu
melanjutkan, digunakan untuk menyewa tempat lima kamar itu. “Tempat ini kita
sewa seharga Rp27 juta setahun. Untuk mengantisipasi kekurangan pembayaran
tempat ini, kita menggunakan dana dari anggota Rumah Singgah Bali,” bebernya.
Haerun menambahkan, langkah menyewa
tempat itu melalui pertimbangan yang matang. Mengingat makin banyaknya warga
Bima Dompu yang datang dan pergi untuk segala urusan di Bali, terutama yang
datang berobat. Jika tidak segera di sewa Rumah Singgah tersebut, maka akan
semakin banyak warga Bima Dompu yang luntang-lantung karena tak ada tempat
untuk sekedar berteduh.
“Kami merasa terpanggil untuk
berbuat seperti ini. Dari pada menyewa kos-kosan yang tergolong mahal, belum
lagi ditambah biaya hidup yang juga mahal, lebih baik adanya Rumah Singgah ini
di percepat,” tandasnya.
Untuk itu, pihaknya sangat berharap
banyak pada tiga pemerintahan tersebut menyisihkan sedikit anggaran untuk
membantu keberadaan warganya yang harus berada di Bali. “Alhamdulillah Rumah
Singgah ini tak pernah sepi dari pengunjung. Kadang dalam satu kamar, ada yang
tiga sampai empat orang. Kendati mereka berbeda asal, namun tetap akur dan
berbahagia,” ujarnya.
Kedepan, mereka mengaku punya
rencana. Jika tiga pemerintah bisa maksimal memberikan perhatian untuk Rumah
Singgah Bali, maka tidak perlu lagi menyewa Kos-Kosan. Tetapi membeli sebidang
tanah, kemudian membangun rumah untuk menampung warga Bima Dompu. “Kita
sama-sama berdoa saja. Semoga keinginan tulus kami ini diberikan jalan oleh
yang kuasa,” tambahnya. (SM.07)