Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Rumah Singgah Bali, Butuh Perhatian Pemerintah

19 Maret 2012 | Senin, Maret 19, 2012 WIB Last Updated 2012-03-19T03:18:26Z

Bima, (SM).- Kendati baru ada Januari tahun ini, Rumah Singgah Bali yang menampung warga Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu sangat dirasakan manfaatnya. Bagaimana tidak, tak jelasnya tempat sekedar berteduh, menjadi solusi untuk masyarakat menengah kebawah di tiga daerah itu saat berada di Bali untuk segala urusan.

Di Kota Pariwisata tersebut, masyarakat di tiga daerah itu lebih banyak karena urusan berobat. Mengantar dan menemani sanak saudara untuk mendapatkan perawatan yang lebih canggih, modern, dan tentu mahal. Namun, RSUD dan RS Swasta setempat tak menyediakan tempat untuk menampung para penunggu pasien. Di ruangan pasien, penunggu hanya memperbolehkan dua orang saja, tidak lebih.
Karena tak ada cara lain, keluarga pasien yang tidak mampu, hanya bisa tidur dan menghabiskan siang malam di teras RSU Sanglah. Masih untung keluarga pasien yang memiliki keluarga di daerah itu, mereka bisa numpang nginap. Atau keluarga pasien yang tergolong kaya, mereka bisa menyewa hotel atau minimal memilih tinggal di Kos-kosan yang ada di sekitar itu. Tapi yang tidak mampu, harus pintar-pintar mencari cara agar tidak terkena hujan saat hendak merebahkan raga.
Berangkat dari rasa iba melihat kondisi tersebut, sejumlah warga asli Bima dan Dompu merealisasikan inisitaif untuk mendirikan Rumah Singgah Bali. Mereka mengemukakan keinginannya pada tiga pemerintahan tersebut. Kendati mendapat respon positif, namun belum sepenuhnya memberikan bantuan. “Rumah Singgah ini ada sejak awal Januari lalu. Alhamdulillah, meski baru lima kamar, tapi sudah sangat bermanfaat,” ujar anggota Rumah Singgah Bali, Salahudin beberapa waktu lalu.
Saat ditemui Koran ini, Salahudin yang ditemani oleh anggota lainnya, Haerun, mengajak untuk melihat kondisi Rumah Singgah tersebut. Bentuknya sangat sederhana, bangunan yang menyerupai Kos-kosan itu sangat sempit. Jumlah kamarnya ada lima, dengan ukuran masing-masing kamar sekitar 3x4 meter. Didalamnya, hanya tersedia satu tempat tidur dan dengan WC dalam. Di depannya hanya ada teras dengan panjang sekitar 70 centimeter. Selain digunakan untuk berkumpul, teras tersebut juga digunakan untuk menjemur pakaian penghuninya. “Kita merencanakan adanya Rumah Singgah ini sejak sepuluh tahun lalu, tapi baru terwujud sekarang,” beber Salahudin.
Diakuinya, terwujudnya Rumah Singgah Bali, karena sudah adanya bantuan dari pemerintah. Dari tiga pemerintah yang ada, baru Kabupaten Bima yang sudah menyerahkan dana sebesar Rp10 juta, sedangkan dua pemerintahan lain, sudah dibicarakan dan menyanggupi, hanya saja belum menyerahkan dana yang dimaksud. “Hingga kini kami masih menunggu dari Walikota Bima dan Bupati Dompu,” terangnya.
Dana Rp10 juta yang diserahkan Bupati Bima, pria yang sehari-harinya bekerja di Agen Pariwisata Bali itu melanjutkan, digunakan untuk menyewa tempat lima kamar itu. “Tempat ini kita sewa seharga Rp27 juta setahun. Untuk mengantisipasi kekurangan pembayaran tempat ini, kita menggunakan dana dari anggota Rumah Singgah Bali,” bebernya.
Haerun menambahkan, langkah menyewa tempat itu melalui pertimbangan yang matang. Mengingat makin banyaknya warga Bima Dompu yang datang dan pergi untuk segala urusan di Bali, terutama yang datang berobat. Jika tidak segera di sewa Rumah Singgah tersebut, maka akan semakin banyak warga Bima Dompu yang luntang-lantung karena tak ada tempat untuk sekedar berteduh.
“Kami merasa terpanggil untuk berbuat seperti ini. Dari pada menyewa kos-kosan yang tergolong mahal, belum lagi ditambah biaya hidup yang juga mahal, lebih baik adanya Rumah Singgah ini di percepat,” tandasnya.
Untuk itu, pihaknya sangat berharap banyak pada tiga pemerintahan tersebut menyisihkan sedikit anggaran untuk membantu keberadaan warganya yang harus berada di Bali. “Alhamdulillah Rumah Singgah ini tak pernah sepi dari pengunjung. Kadang dalam satu kamar, ada yang tiga sampai empat orang. Kendati mereka berbeda asal, namun tetap akur dan berbahagia,” ujarnya.
Kedepan, mereka mengaku punya rencana. Jika tiga pemerintah bisa maksimal memberikan perhatian untuk Rumah Singgah Bali, maka tidak perlu lagi menyewa Kos-Kosan. Tetapi membeli sebidang tanah, kemudian membangun rumah untuk menampung warga Bima Dompu. “Kita sama-sama berdoa saja. Semoga keinginan tulus kami ini diberikan jalan oleh yang kuasa,” tambahnya. (SM.07)
×
Berita Terbaru Update