Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Mahasiswa Kambilo Demo UPT Pertanian Wawo

16 Maret 2012 | Jumat, Maret 16, 2012 WIB Last Updated 2012-03-16T10:58:21Z

Bima, (SM).- Mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Kambilo (Formasik) Kecamatan Wawo mendatangi kantor UPT Dinas Pertanian yang terletak di ujung barat wilayah Desa Kombo. Kedatangan mereka hendak mempertanyakan pembagian dana bantuan pemerintah pusat kepada 47 Kelompok Tani (Koptan) di seluruh wilayah Wawo tahun 2011, yang masing-masing sebesar Rp 2,9 juta lebih setiap Koptan.

Dalam aksi damai yang mendapat perhatian khusus dari unsur Muspika, jajaran Polsek Wawo, bahkan dari anggota Polresta Bima Kota tersebut, Koordinator Aksi, Firmansyah mengungkapkan, beberapa bulan lalu 47 Koptan di wilayah Wawo mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat, masing-masing sebesar, Rp. 2,9 juta lebih. Sayangnya, uang sebesar itu tidak diserahkan secara utuh oleh UPT Dinas Pertanian Wawo kepada para Ketua Koptan. Yang diterima Koptan hanya Rp 550 ribu per Koptan, ditambah barang-barang seperti pupuk dan pestisida, bahkan sebagian Koptan tidak mendapatkan barang-barang yang dimaksud. “Kemana hak-hak para petani itu”, tanyanya.
Selain itu, Firman dan rekan-rekannya menduga kuat telah terjadi pungutan liar (Pungli) di UPT Pertanian Wawo. Menurut mereka, berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa Ketua Koptan, uang bantuan tersebut sudah dipotong oleh KUPT Pertanian sebesar Rp 230 ribu per Koptan, dengan alasan untuk biaya transportasi pengangkutan barang, seperti pupuk dan barang-barang lainnya untuk kebutuhan petani.
“Kalau ditotalkan, hasil pungli yang dilakukan pihak UPT Pertanian Wawo dari masing-masing Koptan ini mencapai Rp 10 juta lebih”, duganya.
Tidak hanya itu, Firman yang juga Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Bima tersebut,  mempertanyakan penggunaan dana untuk kegiatan pertemuan Sekolah Lapang (SL) sebanyak delapan kali, yang menelan biaya mencapai Rp 1.080.000,- per Koptan, padahal selama ini kegiatan pertemuan itu hanya berjalan satu sampai dua kali saja.
“Makanya, wajar kami lakukan klarifikasi penggunaan dana untuk 47 Koptan ini, dan pihak UPT Pertanian harus mengembalikan sebagian dari hak para petani sampai lima hari kedepan. Paling tidak, Rp 250 ribu per kelompok. Jika tidak, kami akan turun demo lagi dengan massa yang lebih besar”, ancam Firman dan rekan-rekannya.
Sementara itu, Kepala UPT Dinas Pertanian dan Holtikultura Kecamatan Wawo, Ir. Purnama HMS menjelaskan, dana bantuan sebesar Rp 2,9 juta lebih per Koptan tersebut antara lain, sudah diserahkan pihaknya kepada para Ketua Koptan, masing-masing sebesar Rp 600 ribu.  Sedangkan sisanya digunakan untuk membayar pupuk NPK, bio hayati, ZPT, herbisida, isektisida dan fungisida. Plus untuk administrasi dan operasional pihaknya dalam mengurus segala kebutuhan para Koptan penerima bantuan sebesar Rp 135 ribu per kelompok. 
“Termasuk yang masih disimpan di rekening bank masing-masing Koptan saat ini, sebanyak, Rp 150 ribu, dengan tujuan agar rekeningnya mereka tidak nihil”, jelasnya.
Disampig itu, lanjut Purnama, dari total bantuan sebesar Rp 2,9 juta tersebut, sebagian besarnya atau sebanyak Rp 1.088.000,- telah dipergunakan untuk pertemuan Sekolah Lapang (SL). Termasuk untuk kegiatan pelatihan para anggota Koptan. Bahkan uang sebesar itu, sudah diserahkan pihaknya kepada para Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Wawo, untuk dikelola oleh pihak BPP bersama 47 Koptan dimaksud. 
“Yang jelas uang sebanyak Rp 1 juta lebih itu itu sudah kita kami serahkan ke PPL untuk dipergunakan mulai dari pengolahan tanah sampai memasuki musim panen”, urai Purnama.  
Tidak puas dengan penjelasan KUPT Pertanian Wawo, puluhan mahasiswa asal Desa Kambilo tersebut, langsung menyerbu Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Wawo yang berada di samping Kantor UPT pertanian setempat.
Sayangnya, ketika para mahasiswa hendak melakukan klarifikasi penggunaan dana Rp 1 juta lebih itu untuk kegiatan pelatihan para anggota Koptan itu, tiba-tiba terjadi ketegangan,  lantaran Kepala BPP Wawo Mustaram SP menunjukan sikap arogan dengan nada sangat keras terhadap para pendemo, sehingga para pendemo tersinggung. Kepala BPP setempat dinilai tidak paham dengan keinginan para pendemo tersebut, sehingga mereka langsung membubarkan diri dengan tertib dan damai. (SM.16)
×
Berita Terbaru Update