Massa aksi melakukan demo dengan menyandra mobil pengangkut bahan bakar minyak tanah. (foto: Haris SM) |
Bima, (SM).- Puluhan Mahasiswa dari
berbagai elemen, seperti LSiP, LIMID, SMI, LMND, FMPS dan FZM , pada Sabtu
(17/3) melakukan aksi menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Massa mulai
berorasi di perempatan Cabang Talabiu Kecamatan Woha dan berjalan kaki menuju
depan kampus STKIP Taman Siswa sambil aktrasi teater ikal.
Massa puluhan mahasiswa
itu, mulai berorasi pukul 09.15 Wita di cabang Talabiu. Selama berorasi,
mahasiswa juga menyandra setiap mobil dinas yang lewat serta mobil tangki BBM.
Penyenderaan itu, berlangsung sebentar namun cukup memacetkan jalanan baik yang
dari arah Bima menuju Tente atau Dompu dan juga sebaliknya.
Massa juga melakukan
orasi di cabang Talabiu, di atas mobil tangki yang kebetulan lewat untuk
beberapa menit. Juga menyandra mobil plat Gincu dengan nomor polisi EA 1069 R
dari Dompu.
Menurut Koordinator
Aksi, Zego, kenaikan harga BBM sebesar Rp 1500 atau sekitar 28,75 persen
berdampak luas dengan i ikuti kenaikan harga barang dan jasa. “Kenaikan
BBM, yang diikuti juga kenaikan harga barang dan jasa sangat dirasakan oleh
masyarakat berpenghasilan rendah”, ujar Zeko di depan Kampus STKIP Taman
Siswa.
Kata dia, dampak yang
lebih luas akan dirasakan penduduk miskin. Belum lagi dalam waktu dekat,
pemerintah akan menaikkan juga harga Tarif Dasar Listrik (TDL). Hal itu cukup
riskan, pasalnya Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup banyak. Pola
kenaikan BBM dan TDL, merupakan pola model sistem kapitalis (yahudi) atau
system oror.
“Pemerintah tidak pernah
menstandarkan pada kondisi riil dari masyarakat Indonesia sendiri dalam
mengeluarkan kebijakan kenaikan BBM”, sorotnya.
Pemerintah mestinya,
acuan kenaikan itu harus berbanding lurus dengan basis produksi yang ada.
Namun pemerintah hanya tahunya, memakai logika penanaman saham dan embargo
ekonomi serta politik yang dibangun oleh sistem kapitalisme. “Mari bersama
mahasiswa, kita galang terus gerakan tolak kenaikan harga BBM,” ajaknya.
Zeko juga melihat
perkembangan yang ada sekarang, ada gerakan perlawanan rakyat yang masih
tersekat oleh kebutuhan ekonomistiknya. Ada perbedaan yang sangat menyolok
antara persoalan rakyat yang satu dengan lainnya. Padahal, menurutnya,
persoalan kenaikan harga BBM merupakan persoalan bersama bagi seluruh rakyat.
Untuk itu, harus dibangun garis serang bersama oleh pelopor gerakan sehingga
serangan bersama menuntut penurunan kenaikan BBM bisa terrealisasi. “Rezim
SBY-Budiyono secara nyata menghambakan diri pada otonom neoliberalisme, dimana
kebijakan yang dikeluarkannya cenderung tidak berpihak pada rakyat”, kritiknya.
Aksi demo, tidak
terlihat penjagaan dari aparat keamanan. Hanya saja terlihat beberapa orang
anggota polisi dari Polsek Woha yang dibantu beberapa orang dari Satuan Intel.
Pantauan SM, aksi
penolakan BBM itu pun berakhir pukul 11.30 Wita dengan melakukan aksi bakar ban
mobil sambil bernyanyi bersama. Aksi yang berjalan damai itu tidak terjadi
tindakan anarkis, namun cukup merepotkan petugas satuan lalu lintas yang
mengatur arus transportasi pola buka tutup. (SM.12)