Bima, (SM).- Lokasi wisata Karombo
Wera yang berlokasi di Kecamatan Wera sejak akhir bulan Februari kemarin,
hingga pertengahan bulan Maret ini telah mengeluarkan semburan asap gas beracun
yang membahayakan dan mematikan bagi manusia. Gas tersebut berupa Carbon
Monoksida(CO) dan gas Hidrogen sulfide (H2S).
Informasi yang dihimpun
wartawan pada warga setempat, utama sekali dari Tim Pemantau Vulakanalogi
Meteorologi dan Bencana Geologi (PVMBG), Bandung melalui juru bicaranya, Ugan
Saing, Kamis lalu, yang sengaja melihat langsung fenomena alam tersebut,
dari kedua gas ini yang paling berbahaya adalah gas CO, dan ini merupakan hasil
deteksi dari alat pengukur gas (Dragel). Di lokasi ini tim pemantau Vulkanik
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Bandung.
Gas beracun Carbon
Monoksida(CO) yang keluar dari jendela karombo wera, katanya, mengandung 33 pen
per mili (PPM), sementara di dalam karombo sendiri kandungan gas CO sudah
melewati ambang batas 50 PPM. Selain dari gas tersebut, ada gas lain yang belum
dideteksi dalam karombo seperti gas So2, CO2 dan CH4.
Penyebab terjadinya gas
di Karombo Wera belum diketahui sumbernya, bahkan hingga saat ini belum
diketahui penyebab asal asap tersebut karena alat pembantu seperti masker
dengan kelengkapan tabung belum ada, padahal dari tim PVMBG Bandung sudah
konsultasikan dengan Pemkab Bima melalui dinas terkait jauh hari sebelum untuk
membantu pinjamkan alat-alat masker yang mempunyai tabung oksigen demi
terlaksananya pencarian sumber gas di dalam Karombo Wera tersebut. “Hingga
hingga pekan ini sebelum kami balik ke Bandung belum ada respon dari Pemkab
Bima dan melalui dinas terkait”, ungkap Tim PVMBG Bandung, Ugan Saing
Saat disinggung ada
kaitan hubungan antara asap di Gunung Berapi Sangiang Pulau dengan asap yang
dimuntahkan di Karombo Wera, Tim PVMBG menjelaskan, asap yang keluar dari dari
Gunung Sangiang itu asap berbau belerang, sementara asap gas yang dimuntahkan
Karombo Wera itu gas CO yang sangat berbahata dan mematikan.
Menurut data yang
dipantau sejumlah wartawan di lokasi, setelah selama tiga hari kejadian pada 20
Februari lalu, Karombo Wera telah memuntahkan asap hitam tebal melalui
jendelanya, akibat dari itu, jenis tumbuhan yang hidup di sekitarnya telah
mati, kemudian bila menghirup gas tersebut akan merasakan pusing, mual-mual
kemudian jarak antara pintu Karombo dengan jendela sekitar 60 Meter. Jarak
pintu karombo dengan pesisir laut sekitar 20 meter.
Camat Wera, Sulfan
Akbar, S.Sos menyatakan, sesuai hasil di lapangan, keberadaan Tim PVMBG Bandung
sudah mendeteksi asap yang sudah keluar dari asap jendela karombo dan hasilnya
gas CO, kemudian sumber asap CO belum diketahui karena alat pembantu berupa
masker yang mempunyai tabung oksigen belum ada.
Saat ini Karombo Wera
sudah terpasang papan informasi yang menghimbau agar masyarakat yang berkunjung
dilarang masuk ke dalam Karombo Wera, karena kandungan gas CO sudah dalam
ambang batas yang sangat mematikan.
H. Junaidin (56),
petugas pengamat Gunung Sangiang pada wartawan, menceritakan dengan sedikit
berbau mitos, ada korelasi yang tak terpisahkan antara gunung Sangiang dengan
Karombo Wera. Dimana antara keduanya terhubung di bawah permukaan laut. Artinya
kalo ada asap yang keluar dari Karombo Wera tepatnya di So Kalo Wera, pasti
asap yang sama keluar pula di Gunung Sangiang. “Dipastikannya, asap itu bukan
asap Solfatara (bahasa ilmiah dari asap berbau belerang)”, jelasnya.
Menurut warga lainnya,
fenomena alam dengan keluarnya sap di Karombo Wera, pernah terjadi
sebelumnya. Kata warga yang tidak menyebutkan namanya itu, pada 50 tahun lalu
fenomena yang sama pernah terjadi, Karombo Wera menyembulkan asap hitam, lalu
sebulan kemudian gunung Sangiang meletus. “Semoga saja dengan sembulnya asap
ini, tidak terjadi hal yang sama layaknya 50 tahun lalu”, harapnya. (SM.08)