Bima, (SM).- Keluarga pasien yang
dicurigai (suspek) terjangkit vuris H5NI di RSUD Bima mendapat perlakuan sama
dengan pasien umum lainnya. Mereka rupanya menguras dompet untuk membeli obat.
Hal tersebut diakui langsung oleh para
keluarga pasien flu burung ketika ditemui Suara Mandiri di pelataran ruang
perawatan di RSUD Bima. “Sudah tiga kali kami beli obat,” aku Siti Hadjar, ibu
dari Sulastri (1,4) tahun. Sulastri adalah salah satu dari sekian pasien yang
dicurigai terjangkit virus H5NI. Siti Hadjar, mengaku semenjak dirujuk ke RSUD
Bima, dirinya sudah tiga kali membeli obat di apotik terdekat.
Menurut dia, obat yang dibelinya tersebut
yang tidak terdaftar dalam kartu Jamkesmas. Siti Hadjar menyebutkan, dirinya
masuk di RSUD Bima dengan jaminan kartu Jamkesmas, meski secara medis telah
menvonis suspek flu burung. “Tidak semua jenis obat yang ada dalam resep kita
beli. Yang tidak ditanggung Jamkesmas saja yang dibeli. Awalnya saya tambah
uang Rp100 ribu lebih, kemudian ada 30 ribu dan dan yang terakhir belasan
ribu,” ucapnya.
Begitu pula dengan nasib yang dialami Tayu,
orang tua Sultan (27) hari asal Desa Mawu Kecamatan Ambalawi. Bayinya Tayu
dirujuk ke RSUD Bima Senin malam setelah divonis suspek flu burung oleh medis
di Puskesmas.
Tayu pun mengalami hal yang sama, yakni sudah
tiga kali menguras dompet untuk biaya tambahan beli obat. “Semenjak masuk sudah
tiga kali saya dikasi resep. Sebagian obat dalam resep tidak terdaftar,”
ujarnya.
Jenis obat yang tidak terdaftar dalam resep
itu lah yang kita tambah. Kita tidak tahu kalau semuanya sudah ditanggung oleh
Pemerintah,” ungkapnya. Siti Hadjar, Tayu dan dua orang tua penderita suspek
flu burung lainnya masuk di RSUD Bima dengan kartu Jamkesmas.
Pada kesempatan yang sama, anggota DPRD
Kabupaten Bima Ilham Yusuf mengunjungi pennderita suspek flu burung tersebut.
Pengakuan orang tua penderita turut didengar oleh wakil rakyat tersebut. Dia
menyesalkan pelayanan RSUD Bima terhadap pasien suspek flu burung tersebut dan
meminta staf RSUD Bima yang ikut dalam kunjungan itu agar mengembalikan biaya
yang dikeluarkan keluarga pasien.
Direktur RSUD Bima Hj. Tini Wijanari yang
dikonfirmasi di ruang kerjanya, kaget ketika mendengar keluarga pasien suspek
flu burung mengeluarkan biaya tambahan untuk pengobatan. “Masa seperti itu,”
tampiknya.
Tini menghubungi salah seorang stafnya agar
mengecek kebenaran informasi tersebut. Via telepon seluler, Tini memerintahkan
pada stafnya agar mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan keluarga
pasien suspek flu burung itu. (SM 06)