Bima.
(SM).-
Dipicu kelangkaan pupuk, kantor Unit Pelayanan Tehnis Dinas (UPTD) Pertanian
Tanaman Pangan dan Holtikultura Kecamatan Woha disegel mahasiswa asal Desa
Kalampa Kecamatan Woha. Sejak Rabu hingga Jum’at (10/2), pelayanan di kantor
setempat lumpah karena masih dalam kondisi disegel.
Kepala
UPTD Pertanian Woha, Ahmad Hakim AM.d mengatakan, penyegelan kantornya sudah
berlangsung tiga hari. Mahasiswa Kalampa melakukan penyegelan kantor, dipicu
kelangkaan pupuk dan tingginya harga jual di tingkat pengecer.
Ahmad
merasa heran dan bertanya soal pemahaman para mahasiswa yang mengklaim di
wilayah Kecamatan Woha masih kekurangan pupuk. Karena sejauh ini, pupuk yang
sudah didrop di seluruh desa di Kecamatan Woha mencapai 255 ton sesuai Rencana
Devinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).
Menurutnya,
kebutuhan akan pupuk urea untuk musim tanam 2012, secara keseluruhan mencapai
255 ton. Pihaknya bersama camat, sudah sering kali turun melakukan monitoring
akan kebutuhan pupuk urea bagi petani.. Disamping monitoring, pihaknya juga
melakukan razia terhadap pengecer yang tak memiliki ijin di sekitar pasar
Tente. “Kamis (9/2) kemarin, kami bersama Muspika Woha melakukan razia di
sekitar pasar tente terhadaap pengecer liar,” papar Ahmad.
Katanya,
dari hasil razia itu di temukan 3 orang pegadang atau pengecer liar. Sehingga
diamankan di polsek Woha dan Bagian Trantib Kecamatan Woha. jadi, tidak ada
alas an untuk dikatakan masih kelangkaan pupuk saat sekarang. Pengecer, pada
dua hari yang lalu mendrop pupuk untuk desa Pandai sebanyak 6 ton. Demikian
juga untuk desa Keli, 3 ton. Desa Risa juga 3 ton bahkan jum’at pagi (kemarin.
Red) sudah di bongkar pupuk untuk desa Donggobolo sebanyak 3 ton. “dari hasil
monitoring kami, tidak ada petani yang keluhkan kekurangan pupuk urea,”
ujarnya.
Dengan
demikian, diharapkan agar para mahasiswa Kalampa, segera membuka kembali kantor
UPT Dinas Pertanian Woha agar pihaknya bisa memberikan pelayanan terhadap
masyarakat Woha. “Selama kantor disegel, saya tetap melaksanakan tugas
dan pelayanan dilangusungkan di rumah saya. Sedangkan staf, intensif melakukan
monitoring,” aku Ahmad.
Sedangkan
Irwan, warga Kalampa berharap agar pemerintah harus tanggap terhadap
tuntutan masyarakat. Disamping itu juga, mahasiswa juga hendaknya jangan
memaksakan kehendak, tuntutan sudah dipenuhi pemerintah makanya segera segel
kantor dibuka kembali. “Saya berharap agar adik-adik mahasiswa, membuka
segel, karena tuntutan sudah dipenuhi,” harap Irwan, Jum’at (10/2) kemarin di
Kalampa.
Lanjutnya,
tindakan mahasiswa menyegel kantor harus dikomunikasikan sebagai alat penekan,
bukan sebagai wujud anarkis. Namun yang harus diperbaiki kedepan, adalah
pengawasan. Pasalnya, situasi kelangkaan pupuk ada saja yang memanfaatkan untuk
memperoleh keuntungan secara pribadi.
Mahasiswa
demo, wajar mengingat harga pupuk bisa mencapai Rp 200 Ribu persak. Jadi harga
itu sudah jauh dari harga Eceran tertinggi (HET) yang di tetapkan oleh
Pemerintah. Di saat petani kelangkaaan pupuk. Muncul pegadang dadakan
seperti tukang ojek, bahkan dengan sengaja pengecer membuat pedagang siluman.
“Hal inilah yang harus di awasi dengan ketat,” tandas Irwan. (SM.12