Kota Bima, (SM).- Sebagian besar dari 120 unit meja dan 120 unit kursi pengadaan Unit Sekolah Baru (USB) Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 15 di Oi Fo’o Kota Bima dengan menggunakan anggaran Block Grand tahun 2011 dalam kondisi rusak.
Akibatnya, meubler tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh siswa, karena kayu yang gunakan untuk pembuatannya tidak berkualitas seperti kayu rida (bahasa Bima, red) banteng, kapuk dan sonokli. Bahkan pembuatannya juga langsung dipaku saja, dan tidak memakai lubang, sehingga terkesan sangat mudah rusak.
Beberapa guru SMPN 15 Kota Bima yang enggan disebutkan identitasnya kepada wartawan di sekolah setempat kemarin menyatakan, gara-gara banyak meja dan kursi yang rusak, puluhan orang tua siswa 2 hari lalu mendatangi sekolah setempat untuk meminta pertanggung jawaban Kepala Pelaksana USB, A.Latif Kendo, S.Pd untuk memperbaiki kembali.
“Bahkan para orang tua murid membanting–banting sebagaian meja dan kursi, tapi dapat diredakan pihak kelurahan dan diberikan pengarahan oleh pihak Dinas Dikpora Kota Bima yang datang setelah kejadian”, ujar guru-guru.
Dijelaskan mereka, menurut mengakuan A.Latif yang juga guru SMPN 15 Oi Fo’o, kursi dan meja diadakan di salah satu meubel di Sila Kecamatan Bolo dengan menggunakan anggaran block grand tahun anggaran 2011 sebesar Rp 27,4 juta dari total anggaran Rp 1,3 Miliar, karena sebagian besar untuk pembangunan ruang kelas, ruang guru, kantor dan beberapa fisik lainnya. Namun setelah diminta pihak Dinas Dikpora Kota Bima untuk sama-sana datang di sana guna diminta pertanggung jawabannya, pihak Latif menolaknya dengan alasan akan mempertanggung jawabkan sendiri.
“Pihak Dinas Dikpora dalam hal ini Kabid Dikmen Abdul Azis telah meminta kepada Latif untuk sama–sama ke sana meminta pertanggung jawaban, namun ditolaknya dengan alasan dirinya saja yang ke sana”, aku mereka.
Kepala Pelaksana USB, A.Latif Kendo, S.Pd yang dikonfirmasi wartawan di kantor Dikpora Kota Bima kemarin, membenarkan bahwa sebagian dari meja dan kursi yang diadakannya rusak, dengan alasan karena cara pembuatan usaha meubel tidak professional. Namun Latif membantah kalau kayu yang dipergunakan untuk meubeler itu adalah kayu kapuk, rida dan banteng.
“Saya janji akan minta kepada pihak pembuat meubeler untuk menggantikannya dengan yang baru”, ungkap Latif. (SM.04)