Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Komunikasi Akademisi-Pemerintah, Buntu?

13 Februari 2012 | Senin, Februari 13, 2012 WIB Last Updated 2012-02-13T01:32:35Z
Kota Bima, (SM).- Komunikasi antara pemerintah daerah dan pihak akademisi belakangan ini, dirasakan kurang. Padahal, keterlibatan dunia perguruan tinggi dalam pembangunan sangat diperlukan.
Sebagaimana dikemukakan dosen senior STKIP Bima, Drs. Nasution, M.Pd, pemerintah daerah baik Kota maupun Kabupaten Bima dan Dompu, hampir tak pernah melakukan share dengan pihak akademisi, tatkala ada muncul masalah-masalah penting di daerah. Selama ini, pihaknya lebih cenderung mengemukakan pendapat dan pandangan melalui media massa. “Hampir tak pernah pihak akademisi diajak berunding oleh pemerintah daerah dalam merumuskan sesuatu yang menyangkut kebijakan,” sorotnya.
Menurut Nasution, ‘kebuntuan’ komunikasi tersebut lebih bertolak dari keegoan pemerintah, terutama kepala daerah yang seolah tak menganggap peran akademisi. Jika disbanding daerah-daerah maju lainnya di Nusantara, lanjut Nas, akademisi selalu menjadi dilibatkan dalam merumuskan kebijakan maupun masalah-masalah yang muncul di daerah.
Dosen yang pernah menjadi Ketua Panwaslu Kabupaten Bima itu menjelaskan, peran akademisi dalam mengisi pembangunan, sangat penting karena lewat komunikasi dan share akan memunculkan inovasi-inovasi baru dalam menunjang aneka macam bidang kehidupan kemasyarakata. “Akademisi seharusnya diberi peran dalam pembangunan daerah, tidak hanya politisi,” kata Nas, sapan akrabnya.
Dia merasa, saat ini akademisi atau dosen identik hanya sebagai pengajar. Padahal, akademisi juga memiliki aktivitas pengabdian dan penelitian yang memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan suatu daerah. Jika diadopsi, tegasnya, hasil penelitian dapat bermanfaat bagi masyarakat. “Kami hanya bisa berkontribusi melalui ide dan pikiran atas hasil riset atau penelitian,” paparnya.
Nas menambahkan, fenomena aksi massa yang terjadi belakangan ini, bisa jadi diakibatkan oleh kurang komunikatifnya pemerintah daerah dalam membangun kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk akademisi. Bahkan, dia melihat bahwa saat ini pemerintah lebih cenderung mengkaji persoalan pada sisi politis.
“Kejadian-kejadian yang muncul, bukan semata diakibatkan oleh masalah yang bersifat politis. Tapi ketegangan-ketegangan yang terjadi, salah satu indikatornya dipicu oleh kebuntuan komunikasi pemerintah dengan komponen masyarakat. Kejadian-kejadian yang pernah muncul, harus dievaluasi secara komprehensif oleh pemerintah, jangan dicuekin,” tandasnya. (SM.01) 
×
Berita Terbaru Update