Bima, (SM).- Pasca melakukan
aksi penolakan tambang beberapa waktu lalu, targambar kehidupan yang kurang
bagus di Kecamatan Lambu. Kabarnya, kehidupan masyarakat setempat tak ada yang
mengatur dan hidup semaunya.
“Saat ini masyarakat Lambu ibarat
memiliki ekor tanpa kepala. Hidup tidak ada yang mengatur dan semau-maunya saja.
Kondisi seperti harus ada langkah kongkrit dari pemerintah maupun forum
komunikasi daerah,” kata anggota DPRD Kabupaten Bima, M.Aminurllah.
Hal tersebut dikatakan Maman-sapaan
akrabnya, sesuai fakta sosial yang terjadi ditengah masyarakat Lambu pasca kerusuhan
di Pelabuhan Sape dan pembakaran kantor Bupati Bima. Terlihat adanya pesta
minuman keras di pinggir jalan. Bahkan, hampir setiap hari terjadi kehilangan
kambing maupun sapi atau kerbau milik masyarakat. “Hewan curi ini dipotong
ditengah jalan kemudian dimakan ramai-ramai. Apakah hal ini harus dibiarkan,”
tanyanya.
Parahnya lagi, sambung Maman,
pemalakan terhadap pengendara mobil terjadi dibeberapa titik di sekitar jalur
Sape-Bima. Bahkan dia sendiri mengalami kejadian tersebut. Langkah pemulihan
situasi setelah berbagai peristiwa muncul, harus ada dan kami mendesak jajaran
Pemerintah maupun unsur forum komunikasi daerah untuk jalan, biar tidak berkesan
terjadi pembiaran,” pintanya.
Duta PAN itu juga menyinggung
pelayanan Pemerintah yang sampai sekarang masih lumpuh. Semua fasilitas
perkantoran yang semula dibakar atau dirusak, belum ada yang diperbaiki. “Masyarakat
Lambu bagian dari rakyat Kabupaten Bima,” paparnya.
Maman mengharapkan, antara
eksekutif dengan Legislatif ada koordinasi untuk membicarakan langkah kongkrit
seperti apa untuk melakukan pemulihan situasi setelah kejadian demi kejadian
muncul. “Sampai sekarang, kami di DPRD masih menunggu reaksi dari pemerintah untuk
membicarakan langkah-langkah yang akan diambil.,” ajaknya. (SM 06)