Bima, (SM).- Penyerahan Al-Quran dari Penghulu
Melayu kepada Sultan merupakan puncak perayaan Hanta Ua Pua. Simbolisasi yang berlangsung
sejak abad 17 memiliki makna filosofi bahwa Sultan wajib menjalankan ajaran
Islam secara kaffah. Islam harus disebarluaskan hingga ke pelosok desa
sekalipun.
Demikian dikatakan Bupati Bima,
H.Ferry Zulkarnain, ST yang juga Jenateke Kesultanan Bima saat menyampaikan
sambutan pada acara perayaan Hanta Ua Pua yang berlangsung di Asi Mbojo
(22/02).
Ferry menyakinkan, bahwa ajaran
Islam harus dilaksanakan secara kaffah. Apalagi, saat menerima Al Quran sebagai
Sultan sekaligus Bupati Bima ia telah berjanji, “saya menerima Al Quran
ini, dan akan saya amalkan isi dan kandungan yang ada didalamnya dengan
kesungguhan hati”, ikrarnya saat prosesi penyerahan kitab suci Al Quran dari
Penghulu Melayu yang sebelumnya diusung melalui Uma Lige.
Di hadapan undangan yang hadir,
antara lain: Wakil Walikota Bima H. Arahman H. Abidin, Kadis Pariwisata NTB
yang juga hadir mewakili Gubernur NTB Drs.H. Lalu Gita Aryadi, Ketua Majelis
Adat Dana Mbojo DR. Hj. ST Maryam R. Salahuddin, SH, Ferry mengingatkan
bahwa saat ini dalam kehidupan masyarakat Bima ada karakter yang hilang. “Kita
telah kehingalan karakter saling menghargai. Karena itu, melalui momentum Hanta
Ua Pua saya ajak masyarakat Bima untuk kembali merenungi falsafah hidup orang
tua kita dahulu”, harapnya.
Padahal dahulu kata Ferry, tidak ada
jarak antara masyarakat dan Sultan. Semua sejajar, sama rata dan duduk bersama
secara musyawarah. Sebab itulah, Kesultanan Bima tidak memiliki kursi
singgasana. Nah, karakter inilah yang hilang dalam tatanan kehidupan masyarakat
Bima saat ini.
Karena itu, Ferry mengajak seluruh
masyarakat Bima, tidak ada masalah yang tidak bisa kita musyawarahkan,
semua sama, duduk sejajar ada nilai demokrasi disana. “Itulah falsafah kenapa
Kesultanan Bima tidak memiliki Singgasana”, terangnya.
Semua bisa kita bicarakan dari hati
dengan mengedepankan rasa saling menghargai. Makanya, melalui momentum Hanta Ua
Pua saya mengajak semua untuk implementasikan karakter saling menghargai di
lingkungan kerja dan lingkungan keluarga.
Kepada seluruh warga Bima, Bupati
menitip pesan, “mari kembali ke adat istiadat leluhur semenjak Tanah Bima
ini ada karena dengan cara inilah kita bisa rajut hubungan yang harmonis",
pintanya.
Sementara itu, Gubernur NTB melalui
Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Drs. H.L. Gita Aryadi menyatakan, upacara adat
Hanya Ua Pua merupakan refleksi kecintaan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW,
Ua Pua juga merefleksikan penghargaan peristiwa penting tumbuh kembangnya
sejarah peradaban Islam di Tanah Bima.
Aspek lain terkait dengan Ua Pua,
keberadaannya sebagai event budaya yang amat strategis untuk dikemas guna
mendatangkan wisatawan. Dengan demikian pada gilirannya akan memberikan dampak
positif bagi masyarakat daerah ini. “Mudah-mudahan perayaan tahun depan akan
lebih semarak", tutup Gita. (SM.02)