Bima, (SM).-
Aksi unjuk rasa menuntut pencabutan SK 188 oleh sekitar belasan ribu massa Kecamatan Lambu,
Sape di Kantor Bupati Bima Kamis (26/1) kian beringas. Beberapa wartawan nyaris
jadi korban pendemo lantaran disangka Polisi.
Diantaranya
wartawan yang nyaris jadi korban kebringasan massa tersebut yakni M. Yusril, wartawan
Harian terbitan Mataram dan Erik Irawadin, wartawan cetak terbitan Bima.
Keduanya diantara wartawan yang nyaris ditebas oknum massa lantaran dikira polisi.
Sebelum aksi
pembakaran kantor Pemkab terjadi, Pemimpin Redaksi Harian Umum Suara Mandiri,
Junaidin yang sempat turun memantau aksi di Pemkab Bima saat itu, sempat
bersitegang dengan salah seorang pendemo yang mencurigainya sebagai Intel
Polisi, karena saat orasi berlangsung,
Pemred SM itu sibuk menerima telepon dan membalas pesan singkat SMS via
HP.
Untungnya, salah
seorang pendemo itu langsung menghindar setelah yang bersangkutan menunjukkan
identitas kewartawanannya. “Setelah saya tunjukkan ID Card, oknum warga itu
langsung menghindar dan bergabung dengan massa
lainnya di depan pintu gerbang kantor Bupati Bima,” urai Joe, sapannya.
Sementara M.
Yusril, dihampiri oleh pendemo yang bersenjata saat asyik mengambil gambar
diantara kerumunan massa
yang tengah beringas menghancurkan kantor Pemkab Bima. Salah seorang diantara massa yang menanyakan
pada yang bersangkutan. “Saat menanyakan identitas saya, oknum warga itu mau
melibas saya dengan parang dari bagian belakang. Untung saja saat itu saya
cepat menunjukan identitas wartawan pada,” kisahnya.
Selain
ditunjukan identitasnya, ada juga diantara massa lainnya yang melarang agar tidak
menggangu wartawan. “Bahkan massa
yang larang itu mengantar saya keluar dari halaman kantor Pemkab sampai di
pintu gerbang,” tuturnya.
Lepas dari oknum
massa tersebut, lanjut Yusril, ada lagi satu
orang massa
yang menanyakan padanya yang sambil mengambil gambar. Yang satunya sedikit
santun, meski bagian Yusril sempat dicakar. “Saya jelaskan lagi bahwa saya
wartawan. Bahkan sebelum kejadian naas yang nyaris merenggut nyawa saya ini, ,
ada kejadian serupa awal pertama massa tiba di kantor
Pemkab Bima,” akunya.
Cerita Yusril,
dirinya nyaris dihakimi massa
lantaran mengira anggota Polisi. Saat itu dirinya tengah asik mengamnbil gambar
dengan kamera. “Saya sudah mau dihakimi, tapi ada diantara massa yang melarang,” ucapnya.
Lain lagi kisah
yang dialami Erik Irawadin. Pria berbadan tambun itu nyaris ditebas lantaran
melarang diantara massa
untuk tidak membakar sepeda motor milik wartawan. “Saya langsung dikejar
sembari mengeluarkan parang,” kenangnya.
Erik langsung
mengambil langkah seribu menyelamatkan diri. Selain nyaris dibunuh, ada empat
unit sepeda motor yang dibakar oleh massa.
Dua unit diantaranya, sepeda motor milik wartawan media cetak terbitan Bima. (SM
06)