Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

BPMPD Pantau Proyek Talud Dorebara

25 Januari 2012 | Rabu, Januari 25, 2012 WIB Last Updated 2012-01-25T02:26:31Z

Dompu, (SM).-  ‘Bau busuk’ pelaksanaan proyek talud dari PNPM Mandiri tahun 2011 yang dilaksanakan TPK Desa Dorebara senilai Rp200 juta lebih, tak hanya mendapat sorotan dari masyarakat dan LSM. Persoalan tersebut, menjadi perhatian khusus dari Satker BPMPD Dompu.
“Laporan masyarakat tentang pelaksanaan proyek itu sudah kami terima dari beberapa minggu lalu,” ujar Kepala BPMPD, H.Supardi S.Sos yang dikonfirmasi wartawan koran ini di ruangan kerjanya, Selasa (24/1).
Katanya, sebagai instansi yang mengawasi pelaksanaan PNPM di tingkat Kabupaten, pihaknya akan selalu proaktif dan responsif terhadap laporan dari masyarakat tentang baik maupun buruknya realisasi kegiatan fisik di lapangan. Seperti halnya proyek talud di Desa Dore Bara yang menimbulkan sorotan dari berbagai pihak belakangan ini.
Terutama, tambahnya, terkait indikasi pelaksanaan proyek yang tidak sesuai bestek. Seperti di Dusun Dorebara Selatan tidak dibangun pondasi talud. Padahal dalam rencana kegiatan proyek setempat harus dibangun pondasi setinggi 50cm. Kemudian, talud di Dusun Tente Desa Dorebara yang satu paket dengan program PNPM setempat juga sudah roboh sepanjang 4 meter. Padahal talud tersebut baru bulan bulan dibangun. “Ya. Itu diantara  laporan masyarakat Dorebara yang kami terima,” katanya.
Tak lama kemudian, Kepala BPMPD memanggil dua tenaga UPK Kecamatan Dompu, diantaranya Fasilitator Kecamatan (FK) Marwan dan Fasilitator Tehnik (FT) St Rohana ST  di dalam ruangan kerjanya.  Langsung di hadapan wartawan kedua pihak yang memfasilitasi pelaksanaan proyek PNPM dimintai keterangan soal menguangnya informasi miring terhadap kebobrokan pelaksanaan proyek talud di Dorebara.
Untuk memastikan laporan dimaksud, pihaknya akan turun langsung ke lokasi proyek pada Rabu (25/1) ini. Hasil survei itu akan menjadi bahan data pihaknya dalam mengambil sikap konkret. “Kalau soal tindakan yang akan kami ambil, itu nanti setelah kami turun ke lokasi,” tandasnya.
Keduanya (FK dan FT), berusaha mengelak. Misalnya St Rohana, mengatakan dirinya memang berperan sebagai FT  pada proyek  itu. Namun katanya, harus disadari bahwa  dirinya  tidak bisa stand by di lokasi selama seharian untuk mengawasi  kegiatan proyek. ‘’Tidak mungkin harus saya awasi proyek sampai 24 jam,’’ujarnya.
Tambah Rohana, ia juga merasa tidak yakin jika  talud di Dusun Dorebara Selatan tidak ada pondasinya. “Yang mengerjakan proyek itu adalah masyarakat setempat. Jadi mustahil masyarakat mau serampangan begitu melaksanakan proyek di kampung sendiri,” terangnya.
Pemberitaan sebelumnya, fisik proyek talud di Desa Dorebara terindikasi dilaksanakan tidak mengacu pada bestek. Seperti tidak adanya pondasi, campuran semen tidak sesuai standar, bahkan belasan sak semen di jual oleh TPK Dorebara untuk keperluan pribadi.
Wartawan koran ini sempat diajak oleh sejumlah warga Desa Dorebara untuk melihat langsung fisik proyek talud di Dusun Dore Bara selatan sepanjang ratusan meter. Secara visual, talud tersebut sudah rampung.
Namun, ketidak becusan TPK dalam melaksanakan proyek pun terbongkar setelah air banjir mengalir sungai yang lebarnya sekitar 2 meter itu. Pasalnya, warga tak menemukan pondasi dari talud yang dibangun. Wajar saja, talud nampak menggantung. Warga memperkirakan, jika bajir datang lagi, talud itu akan roboh.
Dari rentetan kasus ini, masyarakat Dorebara menuding, TPK Dorebara dan UPK Kecamatan Dompu telah berkonspirasi dalam dugaan tidak penyimpangan yang merugikan keuangan negara dimaksud. (SM.15)
×
Berita Terbaru Update