Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Banting Megophone, Balok Kayu Mendarat di Kepala

26 November 2010 | Jumat, November 26, 2010 WIB Last Updated 2010-11-26T09:48:49Z
Kota Bima, (SM).- Aksi anarkis mahasiswa Hamzanwadi Cabang Bima di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Bima, Kamis (25/11) tidak hanya berakhir pada pengerusakan fasilitas belajar. Tetapi juga berujung pada tindak anarkis dengan sesama mahasiswa. Ketua BEM STIT Agus M. Hasan yang merasa tidak mendapatkan koordinasi oleh mahasiswa yang menggelar aksi, membanting megaphone. Sesaat kemudian pun, balok kayu pun mendarat di bagian kepala Agus hingga pingsan.
Kejadian tersebut bermula, saat Agus meminta diri untuk melakukan orasi. Amirudin selaku Koordinator Lapangan (Korlap) pun yang sebelumnya menyuarakan tuntutan pengurangan biaya KKN dan PPL sebesar Rp1,3 juta, akhirnya menyerahkan megaphone kepada Ketua BEM. Agus yang telah memegang alat pengeras suara itu, bukannya mengeluarkan aspirasi yang sama seperti teman-teman mahasiswa lainnya, justru mempersoalkan tidak adanya koordinasi yang dilakukan oleh massa aksi kepada BEM. “Aksi ini tidak boleh digelar disini, karena kami selaku BEM tidak pernah mendapatkan koordinasi,” tegasnya.
Sesaat setelah mempersoalkan tidak adanya koordinasi, Agus yang saat itu merasa kesal, mengakhiri orasinya dengan membanting alat pengeras suara. Kontan saja, Amirudin yang tidak menerima tindakan Agus, menyerang Ketua BEM tersebut dengan balok kayu sisa kursi yang dirusak mahasiswa. Satu pukulan pertama mendarat di bagian punggung Agus, setelah dilerai oleh mahasiswa lain dan beberapa orang polisi yang seketika masuk setelah berada di depan gerbang kampus setempat, Amirudin kembali mencari celah untuk memukul Agus. Tak ayal, Agus yang berusaha diselamatkan mahasiswa lain, akhirnya menerima pukulan kedua oleh Amirudin dengan balok kayu yang sama, tepat mengenai kepalanya, Agus pun terkulai pingsan dan dilarikan ke dalam ruangan Lembaga.
Suasana kembali ricuh, mahasiswi yang semula berada di dalam tempat orasi, berteriak dan berhamburan keluar kampus setempat. Bahkan, lantaran tidak kuat melihat insiden tersebut, salah seorang mahasiswi pingsan. Untung saja pihak kepolisian gesit melerai kericuhan tersebut hingga keadaan kembali kondusif.
Agus yang sudah sadar, saat ditanyai hal tersebut mengaku, pada intinya sepakat dengan tuntutan mahasiswa mengenai penurunan biaya KKN dan PPL. Hanya saja dia tidak menerima aksi tanpa ada koordinasi yang jelas dengan BEM. “Aksi mereka itu melanggar ketentuan. Mestinya kami yang berada di BEM juga harus dikoordinasikan. Biar sama-sama persoalan tersebut bisa diselesaikan”, ujarnya.
Dia mengaku, sengaja meminta waktu untuk memegang megaphone, agar bisa memberitahukan kepada mahasiswa yang lain bahwa aksi tersebut tidak ada koordinasi dengan pihak BEM. “Sejak awal saya tidak berniat untuk menyuarakan tututan mahasiswa, hanya mempersoalkan tidak adanya komunikasi dengan kami yang berada di BEM. Megaphone saya banting, karena kami di BEM tidak dihargai”, akunya.
Ketua STIT Sunan Giri Bima Drs. H. Mustafa HM. Ali yang ditemui di ruangannya menegaskan, aksi anarkis hingga berujung pda pemukulan tersebut akan diserahkan kepada pihak berwajib. “Mahasiswa yang melakukan pemukulan itu akan kita akan laporkan ke Polisi untuk diperiksa”, ancamnya.
KSPK I, IPDA Lalu Irianto yang saat itu juga berada di ruangan Ketua STIT Sunan Giri mengaku, belum mengamankan mahasiswa yang melakukan pemukulan tersebut. “Kita belum menahannya, karena pelakunya keburu kabur tapi akan tetap lakukan pencarian”, janjinya. (SM.07)
×
Berita Terbaru Update