Bima, (SM).- Produksi Gabah Kering
Panen (GKP) atau hasil ubin pada musim tanam 2011-2012 meningkat,
peningkatannya cukup signifikan berkisar 8 – 10 ton/hektar.
Kepala Unit Pelaksana
Tehnis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kecamatan Palibelo,
Arifin SP mengatakan. produksi gabah pada musim tanam 2011 – 2012 mengalami
peningkatan, pasalnya pada musim tanam 2011-2012 banyak petani menanam padi variatas
unggul seperti Inpari 13. “Produksi gabah kering panen di wilayah Palibelo
untuk musim tanam sekarang mengalami peningkatan”, ujar Arifin, Sabtu (17/3) di
Desa Roi.
Kata dia lagi,
padi jenis Inpari 13 mulai dikembangkan di 6 desa sebagai model pendampingan.
Dibandingkan produksi padi musim tanam 2010 – 2011, tahun sekarang sungguh luar
biasa produksinya. Pada Musim tanam 2010 -2011, produksi gabah kering panen
hanya mampu menghasilkan GKP hanya 7-8 ton perhektar.
Padi inpari 13,
paparnya, merupakan jenis Variatas Unggul Baru (VUB). Inpari 13, sudah melewati
proses penelitian dari BPTP Bima. Untuk itu, pada musim tanam ke II diharapkan
agar petani menanam jenis Inpari 13 terutama pada lahan sawah yang mudah diatur
distribusi air.
Sedangkan Sekertaris UPT
Dinas Pertapa Kecamatan Palibelo, Mulyadin, SP mengatakan, untuk musim tanam
2011-2012 lahan baku mencapai 2790 hektar. Peningkatan hasil produksi
gabah kering panen, tidak terlepas dari pada perlakuan tanaman oleh para petani
yang menggunakan pola tanam Jejer Legowo. Pola itu di coba pada 6 unit
pendampingan, “Peningkatan produksi gabah, saya rasa tidak terlepas dari adanya
peningkatan kesadaran petani untuk menggunakan tehnologi pertanian,” papar
Mulyadin, di Desa Roi Sabtu (17/3) lalu.
Ditambahkanya, pada 6
unit pendampingan itu terlihat pembinaan yang dilakukan penyuluh pertanian.
Penyuluh berperan aktif, mulai pada seleksi benih, cara persemaian, cara tanam
dengan pola jejer legowo yakni dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm sampai panen bahkan
hingga masuk gudang.
Di tanya kehilangan
hasil panen, Arifin yang didampingi Mulyadin mengatakan, untuk Losses
(Kehilangan hasil Panen. Red) di wilayah Kecamatan Palibelo hanya mencapai 5
sampai 8 persen. Prosentase ini sudah ditekan. Namanya petani karena minim SDM
itulah hasil yang bisa dicapai. Penyuluhan terus dilakukan, agar bisa losses
ditekan seminimal mungkin”, tandas Arifin yang diamini Mulyadin. (SM.12)