Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Bayi Terlahir dengan Usus di Luar Perut

28 Maret 2012 | Rabu, Maret 28, 2012 WIB Last Updated 2012-03-28T05:55:34Z

 Memandangnya, seketika rasa iba menyerang dan menyelimuti. Gerak tangannya yang ke sana kemari seperti mengisyaratkan rasa sakit. Tubuhnya kian mengecil, asupan makanan selama ini tak membuatnya bertambah besar, malah semakin kecil. Beratnya yang semula 2 kilogram, kini berkurang menjadi 1 kilogram. Dibalut kulit yang semakin keriput, bayi berumur 10 hari itu hingga kini hanya bisa berbaring dengan usus yang terletak di luar perut, menunggu belas kasih dan harapan.
Berikut Catatan Wartawan Suara Mandiri, Bin Kalman.

 BAYI yang dinamai Yusran itu merupakan anak pertama buah pernikahan Abdul Rasyid (33) dan Yustina (33), warga Lingkungan Diwu Kadondo Kelurahan Rabadompu Timur Kota Bima. Tak ada ngidam yang aneh dirasai saat isterinya mengandung Yusran, namun dia kaget dan panik melihat bayinya lahir pada hari Sabtu (17/3) lalu sekitar pukul 08.00 wita, dengan posisi usus yang berada di luar perut. “Beberapa jam setelah lahir, saya langsung membawanya ke RSUD Bima, untuk dapatkan perawatan,” ujar Rasyid ditemui di rumahnya, Selasa kemarin.
Harapan yang ditumpahkan pada RSUD Bima agar anaknya bisa mendapatkan perawatan atau ditangani agar usus itu bisa dioperasi dan kembali seperti bayi normal lainnya, kandas. Karena, RSUD Bima tidak berani lantaran peralatan dan tanaga yang tidak memadai. Akhirnya, Rasyid disarankan untuk merujuk anaknya di RSUD Kabupaten Dompu. “Pihak RSUD Bima tidak bisa berbuat banyak dan menyuruh untuk dioperasi di RSUD Kabupaten Dompu. Di Dompu pun demikian, perut anak saya bukannya dioperasi, hanya dibaluti dengan plastik,” bebernya.
Pria yang sehari-hari ojek itu mengaku, alasan dokter RSUD Kabupaten Dompu tidak melakukan operasi, karena umur bayinya tergolong masih muda, jika dipaksa untuk operasi, maka akan mengancam hidupnya. Dokter pun menyarankan untuk dibawa pulang dulu, menunggu usianya lima tahun, baru bisa dioperasi. “Karena disarankan untuk pulang dan kami tidak bisa berbuat banyak. Ya kami pulang dan merawat Yusran sehari di RSUD Bima. Setelah itu keluar dan memilih merawatnya di rumah,” katanya.
Sepulang dari operasi, banyak saran dan nasehat agar anaknya dibawa ke Bali. Karena disana, derita anaknya akan bisa diatasi. Namun saran dan nasehat tersebut menjadi terasa susah untuk diwujudkan, karena persoalan ekonomi. Dengan profesi sehari-harinya menjual jasa angkutan menggunakan sepeda motor, tak cukup rasanya untuk membawa Yusran menggapai kesembuhan dengan di operasi.
Diakuinya, Yusran kini keseringan menangis, terutama pada malam hari. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi infeksi pada ususnya yang berada di luar, Yusran dirawat dengan sangat hati-hati. Kendati demikian, tetap saja rasa khawatir mengusik dan membuatnya berpikir yang tidak-tidak. “Sehari-sehari kami hanya bisa melakukan ini. Memandikan dan memberinya makan. Tapi asupan ini tak membuatnya menjadi besar, mungkin karena makanan yang masuk tapi keluar lagi melalui usus,” terangnya.
Ditanya ada sesuatu tindakannya yang berbeda saat isterinya mengandung, Yusran mengaku baru mengingat setelah Yusran beberapa hari dilahirkan. Dia bercerita, saat itu, lima hari sebelum isterinya melahirkan, dia membunuh ular yang masuk dalam rumah. Karena panik, dengan menggunakan kayu dia memukul ular tersebut hingga mati. “Ular itu saya pukul hingga keluar isi perutnya. Kemudian saya potong kepalanya dan saya buang di kebun sebelah sungai,” ujarnya.
Di tempat berbeda, dr. Intan Insani yang dimintai keterangannya secara medis mengatakan, bayi yang lahir dengan kondisi demikian karena kelainan genetic. Penyebabnya, saat pembentukan organ tubuh, sang ibu tidak cukup banyak mengkonsumsi asam fosfat dan makanan yang banyak mengandung protein, sehingga pertumbuhaan tubuh bayi tidak sempurna. “Ini mungkin kelalaian ibu saat mengandung. Jadi asupan giji dan vitaminnya tidak seimbang,” tuturnya.
Dia melanjutkan, tidak sempurnanya perumbuhan bayi tersebut, bisa jadi juga karena sang ibu jarang memeriksa kehamilannya pada puskesmas atau bidan. Karena saat diperiksa, bidan di Puskesmas tentu akan memberikan asupan vitamin untuk perkembangan bayi dalam kandungan.
Untuk bayi itu, asisten dokter spesialis anak RSUD Bima menambahkan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan yakni operasi atau memasukan kembali usus kedalam perut bayi. “Satu-satunya cara ya dioperasi. Jika harus menunggu lima tahun, itu bakal lama, karena usus yang berada diluar tersebut berpotensi infeksi,” tambahnya.
Bayi malang itu kini hanya bisa menangis, menceritakan rasa sakit yang dideritanya dengan tangisan. Pun demikian untuk orang tuanya, sehari hari hanya bisa berharap dalam doa, semoga ada uluran tangan dan menunjukan jalan keluar atas apa yang menimpa buah hatinya. (*)
×
Berita Terbaru Update