Memandangnya, seketika rasa iba menyerang dan
menyelimuti. Gerak tangannya yang ke sana kemari seperti mengisyaratkan rasa
sakit. Tubuhnya kian mengecil, asupan makanan selama ini tak membuatnya bertambah
besar, malah semakin kecil. Beratnya yang semula 2 kilogram, kini berkurang
menjadi 1 kilogram. Dibalut kulit yang semakin keriput, bayi berumur 10 hari
itu hingga kini hanya bisa berbaring dengan usus yang terletak di luar perut,
menunggu belas kasih dan harapan.
Berikut Catatan Wartawan Suara Mandiri, Bin
Kalman.
BAYI yang dinamai Yusran itu merupakan anak pertama buah
pernikahan Abdul Rasyid (33) dan Yustina (33), warga Lingkungan Diwu Kadondo
Kelurahan Rabadompu Timur Kota Bima. Tak ada ngidam yang aneh dirasai
saat isterinya mengandung Yusran, namun dia kaget dan panik melihat bayinya
lahir pada hari Sabtu (17/3) lalu sekitar pukul 08.00 wita, dengan posisi usus
yang berada di luar perut. “Beberapa jam setelah lahir, saya langsung membawanya
ke RSUD Bima, untuk dapatkan perawatan,” ujar Rasyid ditemui di rumahnya,
Selasa kemarin.
Harapan yang ditumpahkan pada RSUD
Bima agar anaknya bisa mendapatkan perawatan atau ditangani agar usus itu bisa
dioperasi dan kembali seperti bayi normal lainnya, kandas. Karena, RSUD Bima
tidak berani lantaran peralatan dan tanaga yang tidak memadai. Akhirnya, Rasyid
disarankan untuk merujuk anaknya di RSUD Kabupaten Dompu. “Pihak RSUD Bima
tidak bisa berbuat banyak dan menyuruh untuk dioperasi di RSUD Kabupaten Dompu.
Di Dompu pun demikian, perut anak saya bukannya dioperasi, hanya dibaluti
dengan plastik,” bebernya.
Pria yang sehari-hari ojek itu
mengaku, alasan dokter RSUD Kabupaten Dompu tidak melakukan operasi, karena
umur bayinya tergolong masih muda, jika dipaksa untuk operasi, maka akan
mengancam hidupnya. Dokter pun menyarankan untuk dibawa pulang dulu, menunggu usianya
lima tahun, baru bisa dioperasi. “Karena disarankan untuk pulang dan kami tidak
bisa berbuat banyak. Ya kami pulang dan merawat Yusran sehari di RSUD Bima.
Setelah itu keluar dan memilih merawatnya di rumah,” katanya.
Sepulang dari operasi, banyak saran
dan nasehat agar anaknya dibawa ke Bali. Karena disana, derita anaknya akan
bisa diatasi. Namun saran dan nasehat tersebut menjadi terasa susah untuk
diwujudkan, karena persoalan ekonomi. Dengan profesi sehari-harinya menjual
jasa angkutan menggunakan sepeda motor, tak cukup rasanya untuk membawa Yusran
menggapai kesembuhan dengan di operasi.
Diakuinya, Yusran kini keseringan
menangis, terutama pada malam hari. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
infeksi pada ususnya yang berada di luar, Yusran dirawat dengan sangat
hati-hati. Kendati demikian, tetap saja rasa khawatir mengusik dan membuatnya
berpikir yang tidak-tidak. “Sehari-sehari kami hanya bisa melakukan ini.
Memandikan dan memberinya makan. Tapi asupan ini tak membuatnya menjadi besar,
mungkin karena makanan yang masuk tapi keluar lagi melalui usus,” terangnya.
Ditanya ada sesuatu tindakannya yang
berbeda saat isterinya mengandung, Yusran mengaku baru mengingat setelah Yusran
beberapa hari dilahirkan. Dia bercerita, saat itu, lima hari sebelum isterinya
melahirkan, dia membunuh ular yang masuk dalam rumah. Karena panik, dengan
menggunakan kayu dia memukul ular tersebut hingga mati. “Ular itu saya pukul
hingga keluar isi perutnya. Kemudian saya potong kepalanya dan saya buang di
kebun sebelah sungai,” ujarnya.
Di tempat berbeda, dr. Intan Insani
yang dimintai keterangannya secara medis mengatakan, bayi yang lahir dengan
kondisi demikian karena kelainan genetic. Penyebabnya, saat pembentukan organ
tubuh, sang ibu tidak cukup banyak mengkonsumsi asam fosfat dan makanan yang
banyak mengandung protein, sehingga pertumbuhaan tubuh bayi tidak sempurna.
“Ini mungkin kelalaian ibu saat mengandung. Jadi asupan giji dan vitaminnya
tidak seimbang,” tuturnya.
Dia melanjutkan, tidak sempurnanya
perumbuhan bayi tersebut, bisa jadi juga karena sang ibu jarang memeriksa
kehamilannya pada puskesmas atau bidan. Karena saat diperiksa, bidan di Puskesmas
tentu akan memberikan asupan vitamin untuk perkembangan bayi dalam kandungan.
Untuk bayi itu, asisten dokter
spesialis anak RSUD Bima menambahkan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan
yakni operasi atau memasukan kembali usus kedalam perut bayi. “Satu-satunya
cara ya dioperasi. Jika harus menunggu lima tahun, itu bakal lama, karena usus
yang berada diluar tersebut berpotensi infeksi,” tambahnya.
Bayi malang itu kini hanya bisa
menangis, menceritakan rasa sakit yang dideritanya dengan tangisan. Pun demikian
untuk orang tuanya, sehari hari hanya bisa berharap dalam doa, semoga ada
uluran tangan dan menunjukan jalan keluar atas apa yang menimpa buah hatinya.
(*)