Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

SD di Lambitu Kekurangan Ruang Perpustakaan

13 Februari 2012 | Senin, Februari 13, 2012 WIB Last Updated 2012-02-13T01:28:36Z
Bima, (SM).- Kepala Unit Pelaksana Tehnis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Lambitu, Said mengatakan, sekolah dasar (SD) yang ada di Lambitu membutuhkan ruang atau gedung perpustakaan. Dari 7 SD yang ada, baru satu atau dua sekolah yang sudah memiliki gedung perpustakaan.
Pada kesempatan peresmian pemakaian gedung baru SMA Lambitu, di hadapan perwakilan Dikpora Kabupaten Bima, Said memaparkan situasi dan keadaan pendidikan di wilayahnya. Di tingkat SD, ruang RKB sudah cukup walaupun masih ada beberapa ruang yang harus direnovas, sedangkan keadaan guru, katanya, sudah cukup. Dibandingkan dengan tahun 80-an, di tiap SD hanya ada guru yang mengajar tidak sampai 4 atau 5 orang. Sekarang sudah cukup, karena dibantu para guru sukarela. “Secara umum, kondisi fisik dan guru sudah cukup karena dibantu para guru sukarela”, jelas Said.
Walaupun demikian, lanjutnya, yang harus diperhatikan bahwa di Lambitu hanya ada satu SMP. Untuk itu, diharapkan ke depan akan ada lagi tambahan SMP yang berada di sebelah utara. Mengingat pelajar dari wilayah utara seperti dari Desa Kaowa, dan Teta cukup banyak.  “Saya berharap akan ada USB SMP di sebelah utara, mengingat jarak tempuh para pelajar cukup jauh dan banyak pula siswanya”, harap Said.
Demikian juga pengakuan M.Said, pelajar SMP 1 Lambitu dari Desa Kaboro. Untuk sampai ke sekolah yang ada di Desa Kuta harus star dari Kaboro jam 04.00 pagi dengan berjalan kaki. Demikian pula kalau pulang, sampai ke Kaboro jam 15.00 Wita.
Kata dia, pelajar dari Kaboro untuk SMP dan SMA mencapai 30 orang, secara bersama-sama berjalan kaki di pagi buta dan sampai di sekolah pukul 07.00 Wita. “Saya bersama teman-teman, star dari Kaboro usai shalat subuh.  Dan pulangnya siang hari, kami harus berjalan kaki karena tak ada kendaraan yang lewat menuju Kuta”, ungkap, pelajar kelas II ini.
Lanjutnya, jarak dari Kaboro hingga Kuta mencapai 10 Km, namun jarak tempuh tidak dipersoalkan para pelajar.  Tapi yang diharapkan, akan ada kendaraan umum yang dapat dijadikan alat angkut. “Ojek ada, tapi ongkosnya mahal, karena itu kami tak sanggup dan lebih baik jalan kaki”, tandas Said. (SM.12)
×
Berita Terbaru Update