Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Murid Terluka, Sekolah tak Bertanggungjawab

27 November 2010 | Sabtu, November 27, 2010 WIB Last Updated 2010-12-16T17:25:01Z
Kota Bima, (SM).- Meski luka yang berada di bagian hidung murid kelas satu SDN 17 Kota Bima, Oi Malingi Ramarai ada karena ketidaksengajaan salah seorang siswa yang sedang berkelahi. Khusnul Khatimah (Orang tua/Ortu Oi,red) menuding sekolah setempat tidak memiliki tanggungjawab samasekali atas insiden tersebut. Anaknya yang telah terluka dan berdarah, sepotong kata maaf pun tidak dikeluarkan, baik dari orang tua murid dan kepala sekolah setempat. Malah, orang tua Oi dituding orang tua murid yang kurang ajar.
Pengakuan Oi yang saat itu didampingi ibunya ketika Koran ini mendatangi kediamannya di Kelurahan Pane, menceritakan, Selasa (23/11) saat jam istirahat Yusrin dan Deden berkelahi didalam ruangan. Yusrin yang hendak memukul Deden dengan sapu, akhirnya salah sasaran, arah sapu tersebut justru mendarat di bagian hidung Oi hingga berdarah. “Hidung saya langsung terluka dan berdarah, tetapi saya tidak menangis. Meski sangat sakit, saya berusaha untuk tidak menangis,” ujar bocah tujuh tahun tersebut.

Lanjutnya, saat itu juga dirinya diobati oleh salah seorang guru, namun tidak menghentikan rasa sakitnya. “Meski sudah diobati, hidung saya tetap mengeluarkan darah,” terangnya mengungkapkan sembari bermain game pada handphone yang dipegangnya.
Setelah Oi memberikan keterangan, ibunya kemudian melanjutkan, dirinya merasa kaget ketika melihat anaknya pulang sekolah dengan bagian hidung kiri yang mengeluarkan darah, saat itu juga dirinya kembali ke Sekolah Oi dan bertemu dengan Kepala Sekolah setempat. “Pengakuan dari Kepala Sekolah Oi, kejadian tersebut karena tidak disengaja. Dan Oi sudah diobati hingga tidak mengeluarkan darah,” ujarnya mengutip pernyataan Kepala Sekolah itu.
Karena menginginkan ada bentuk tanggungjawab pihak sekolah dan orang tua murid (orang tua Yusrin dan Deden,red) berupa permintaan maaf tidak diterimanya, sehari kemudian dia kembali ke sekolah. Semua guru kelas I dan Kepala Sekolah bertemu dengan dirinya dan menceritakan duduk persoalannya. Namun tetap saja, tidak ada satupun yang coba meminta maaf atas prilaku dua muridnya tersebut.
“Bentuk tanggungjawab sekolah yang saya inginkan minimal meminta maaf kepada saya dan anak saya. Anak saya ini sudah terluka, terlepas sengaja ataupun tidak disengaja. Tapi, ko’ malah pihak sekolah tidak mau bertanggungjawab,” tudingnya.
Lanjutnya, karena pertemuan hari kedua tersebut tidak membuahkan hasil yang diinginkannya. Akhirnya, dia mengancam akan melaporkan prilaku guru-guru setempat kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) dan Dewan Pendidikan. Saat dirinya keluar dari sekolah setempat, justru dia diteriakin oleh beberapa guru didalam dengan kalimat orang tua yang kurang ajar. “Setelah saya diteriakin, salah seorang guru pun mengeluarkan kalimat “laporkan saja kejadian ini di Bupati sekalipun”, ungkapnya.
Dia heran dengan prilaku kepala sekolah dan guru-guru setempat. kedatangannya ke sekolah semata-mata hanya ingin memperjelas persoalan yang menimpa anaknya, namun tidak memiliki rasa tanggungjawab samasekali. “Saya hanya ingin ada tanggungjawab minimal permintaan maaf dari kepala sekolah dan orang tua siswa yang memukul anak saya hingga beradarah, itu saja. Tapi justru saya diteriakin orang tua yang kurang ajar,” ujarnya dengan nada keheranan.
Di tempat terpisah, Kepala Sekolah setempat Hj. St. Zubaedah, SPd saat ditemui, seketika memanggil semua guru yang berada di sekolah setempat. dihadapan guru-guru, dia mengaku kejadian tersebut terjadi atas ketidaksengajaan murid yang tengah berkelahi didalam ruangan. “Ini hanya ketidaksengajaan, Oi yang saat itu juga kita obati,” katanya.
Kedatangan orang tua Oi yang pertama kali setelah kejadian tersebut, dia mengaku langsung bertemu dengan dirinya. Namun, persoalannya sudah selesai, karena pihaknya sudah memberikan pengertian. “Kedatangannya yang pertama, kita sudah tidak ada persoalan. Semua sudah selesai,” terangnya.
Dirinya mengira, setelah kedatangan orang tua Oi yang pertama, sudah tidak ada persoalan. Namun pada hari berikutnya, orang tua Oi tersebut kembali datang dan langsung menuju ke ruangan kelas satu. “Dia datang sambil bercakar pinggang, memanggil dan mencari tahu siapa yang memukul anaknya. Saat itu juga saya tuntun dirinya untuk berbicara baik-baik didalam ruangan saya,” akunya.
Saat itu juga, orang tua Oi kembali berbicara dengan semua guru kelas satu menjelaskan duduk persoalannya. Namun, pembicaraan itu malah tidak memberi pengertian kepada orang tua Oi bahwa persoalannya hanya ketidaksengajaan yang dilakukan oleh beberapa orang siswa. “Saat kita memberikan penjelasan, Orang tua sepeprti tidak menerima, dan keburu keluar dengan berbagai ancaman untuk melaporkan kejadian tersebut,” ceritanya.
Jika hanya permintaan maaf yang ingin di terima oleh orang tua Oi, Zubaedah mengaku, bukan kalimat yang sulit untuk dikeluarkan. Saat itu juga dirinya akan meminta maaf selaku Kepala Sekolah. “Bagaimana kita bisa meminta maaf, saat kita coba jelasin duduk persoalannya dan berbicara baik-baik, orang tua Oi keburu keluar dengan berbagai ancaman,” ungkapnya. (SM.07)
×
Berita Terbaru Update