Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Aisyiyah Desak Keterwakilan Kaum Perempuan

06 Juli 2010 | Selasa, Juli 06, 2010 WIB Last Updated 2010-07-06T15:44:09Z
Sejumlah organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah mempersoalkan hasil seleksi 39 calon ketua karena dianggap tidak mewadahi kepentingannya. Karena itu, mereka melayangkan nota keberatan atas hasil tersebut. Ortom yang keberatan adalah Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, PP Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah, Abidah Muflihati, dari 39 orang yang lolos itu tidak ada satu pun yang perempuan. Dia menganggap pemilihan yang dilakukan dalam sidang tanwir lalu tidak mencerminkan Muktamar Muhammadiyah yang menghargai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

’’Kami keberatan hasil itu. Sebenarnya, banyak kaum perempuan yang memiliki kualitas tapi tidak dipilih”, ujarnya saat jumpa pers di Media Center Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ahad (4/7).
Menurutnya, dari 39 nama yang lolos ada enam orang yang dianggap tidak cocok menjadi pemimpin di Muhammadiyah karena pernah tersandung kasus HAM dan sampai sekarang belum selesai. ’’Kalau dia terpilih, mau dibawa ke mana Muhammadiyah nanti”, sorotnya.
Selain itu, menurut perempuan 32 tahun itu bahwa calon lain adalah politikus. “Dilihat dari sepak terjangnya dia belum memiliki kontribusi signifikan di Muhammadiyah”, tandasnya.
Dengan kondisi semacam itu, dia berharap kepada 13 calon dari 39 yang akan dipilih nanti bisa mendengarkan aspirasinya. Minimal, jika ada tambahan enam orang sesuai AD/ART diharapkan berasal dari kaum perempuan.
Hal yang sama juga dikeluhkan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Izzul Muslimin. Dia menyampaikan keberatannya karena dari 39 kandidat yang ada, keterwakilan kaum muda di bawah 30 persen. ’’Ini sebuah keprihatinan, terkesan seolah-olah yang muda belum dipercaya jadi pemimpin”, ujar Izzul kepada wartawan.
Di tempat terpisah, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Rasyad Saleh mengatakan, untuk menampung kaum perempuan sudah ada organisasi otonomnya tersendiri, yakni Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.
’’Sesuai AD/ART, keterwakilan di PP Muhammadiyah tidak menyebutkan harus ada keterwakilan perempuan”, terangnya. (*)
×
Berita Terbaru Update