Bima, (SM).-
Sejumlah temuan pelaksanaan pembangunan yang menggunakan APBD tahun anggaran
2012 dipaparkan oleh Komisi III DPRD Kabupaten Bima saat rapat evaluasi dengan
jajaran Dinas PU Kabupaten Bima, Rabu (6/1). Rapat evaluasi hasil Monitoring
dan Evaluasi APBD tahun 2012 tersebut dipimpin langsung Ketua Komisi III DPRD
Kabupaten Bima, Fahrirrahman yang dihadiri anggota, sementara Dinas PU dihadiri
Kepala Dinas, H.Nggempo.
Kata Fahrirrahman, temuan hasil Monev pada Dapil I, misalnya
pada pekerjaan pembangunan jembatan Kancoa Rida di Desa Rato Kecamatan Bolo,
dimana pekerjaan jembatan tersebut belum tuntas dikerjakan, tetapi sudah di PHO
dan FHO.
Di Dapil II, pada pekerjaan renovasi lapangan Garuda Desa
Nisa Kecamatan Woha dengan pekerjaan renovasi lapangan sepakbola di Desa
Talabiu. Duta PAN itu membandingkan dua pekerjaan yang sama, tetapi hasilnya
jauh berbeda. Kata Fahri, fisik pekerjaan Lapangan Garuda Tente tampaknya cukup
lumayan baik dibandingkan dengan fisik pekerjaan lapangan Desa Talabiu. “Kami
sungguh prihatin kondisi lapangan Talabiu dibanding lapangan Tente,” sebutnya.
Lanjutnya, di Dapil III, pada pekerjaan pembangunan jembatan
Lido yang sudah teralokasi dalam APBD perubahan tahun 2012 kemudian diluncurkan
dalam APBD tahun 2013 sampai sekarang belum jelas actionnya. Yang baru terlihat
di lokasi proyek, hanya pekerjaan jembatan darurat. “Hal ini yang perlu
kejelasan dari dinas terkait. Karena anggaran itu sudah teralokasi dalam APBD
perubahan tahun 2012,” sorotnya.
Kepala Dinas PU Kabupaten Bima, H.Nggempo, menjelaskan,
fisik pekerjaan jembatan Kancoa Rida baru 95 persen, namun berdasarkan amanat
Perpres memungkinan untuk dilakukan PHO dan FHO dengan fisik demikian. Tetapi,
kata dia, untuk pekerjaan lanjutan tetap dilakukan oleh rekanan karena sudah
ada jaminan yang dibuat. “Saya harap kalau ada kontraktor nakal, ada dukungan
dari teman-teman dewan supaya ada efek jera,” katanya.
Untuk pekerjaan lapangan Desa Nisa, yang mengerjakan adalah
kontraktor yang sudah professional. Bila dibandingkan dengan pekerjaan lapangan
Talabiu, diakuinya, disebabkan kondisi tanah yang seperti terlihat saat ini.
Hal lainya, jelas Nggempo, yakni persoalan dana yang
seharusnya dalam desain kita senilai Rp2 milyar, namun kontraktor banting harga
hingga menjadi Rp602 juta. Untuk volume pekerjaan sudah sesuai nilai kontrak.
Meski demikian, rekanan memiliki komitmen untuk tetap melakukan finishing
sehingga terlihat indah dipandang. “Jika ada komitmen kita untuk penambahan
dana, tapi kalau tidak kita sama-sama finalkan dengan kondisi seperti
sekarang,” cetusnya.
Sedangkan untuk pekerjaan jembatan Lido,
kata dia, persoalan pokok kembali pada dana. Rancangan anggaran yang dibutuhkan
seharusnya Rp2,5 milyar, namun rekanan banting harga menjadi menawar Rp1,8
milyar. (ima)