Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Anggaran Gizi Buruk Rp 1,5 M akan Diawasi

20 Januari 2014 | Senin, Januari 20, 2014 WIB Last Updated 2014-01-20T14:49:36Z


Bima, (SM).- Buntut ketidakakuratan data gizi buruk dan gizi kurang yang dilansir Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, Komisi IV DPRD Kabupaten Bima berjanji akan mengawasi ketat realisasi anggaran yang tahun ini dikucurkan sampai Rp 1,5 milyar untuk penanganan gizi buruk dan kurang. Bahkan untuk klarifikasi, dalam waktu dekat Dikes akan dipanggil menghadap.

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bima, Ahmad SP pada wartawan usai mengikuti rapat paripurna dewan, Sabtu (18/1) mengatakan, jangan sampai besarnya anggaran tidak sebanding dengan keberhasilan program yang dilakukan. Ia mengharapkan agar pihak Dikes tidak menyajikan data basi hanya untuk mendapatkan kucuran anggaran.”Kalau tidak ada pengaruh tentunya patut dipertanyakan, apalagi sudah dianggarkan dana yang besar, baik dari Pemerintah Dearah maupun Pemerintah Provinsi dan Pusat. Sekali lagi, jangan main-main terhadap data yang diberikan,” tegas petinggi PBB Kabupaten Bima ini.
Menurutnya, Pemda sudah menganggarkan Rp 1.5 milyar tahun 2014, harapannya anggaran tersebut dapat dilaksanakan dengan maksimal dalam berbagai rencana program yang diajukan pemerintah melalui Dikes. Tentunya tidak saja memberikan makanan bergizi tambahan pada balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, tapi juga pemberian pengetahuan pada ibu-ibu tentang kebutuhan gizi. “Ini juga menjadi pendorong kesadaran masyarakat pentingnya asupan gizi,” katanya.
Lain dari pada itu, Ahmad juga mengungkapkan persoalan kehidupan sosial budaya masyarakat dan tingkat ekonomi. Oleh karena itu tidak saja melalui kucuran khusus dana bagi intervensi penderita gizi buruk dan kurang, namun yang perlu adalah pada instansi lain agar ikut serta merubah pola kehidupan sosial, budaya rakyat dan memberikan peningkatan ekonomi. Karena bila terus diberikan gizi dari anggaran disediakan tanpa disertai adanya bantuan peningkatan ekonomi, Ahmad menilai itu semua akan percuma, karena untuk menuntaskan balita gizi buruk dan kurang sejalan antara pemberian makanan bergizi, pengetahuan, pola hidup dan tingkat ekonomi.
Terlepas dari itu semua kata Ahmad, intervensi gizi buruk dan kurang tidak cukup setahun, tapi jangka panjang melalui intervensi penuh dengan kucuran anggaran dan program kegiatan yang maksimal. “Persoalan maksimal anggaran, kita akan lihat dampaknya nanti, apakah ada peningkatan atau tidak, itu dapat dinilai dari jumlah penderita gizi buruk dan kurang.
Guna mempertanyakan sekaligus mengklarifikasi data jumlah balita penderita gizi buruk dan gizi Kurang, Komisi IV berencana memanggil pejabat Dikes dalam waktu dekat.
Kata Ahmad, hasil monitoring data jumlah gizi buruk dan kurang tidak sesuai fakta lapangan. Hal itu berdasarkan temuan pihaknya saat melakukan monitoring. Di mana saat itu ditemukan jumlah data yang dilansir Dikes jauh berbeda dengan fakta di lapangan, sebaliknya jumlahnya hanya satu tetapi dalam data Dikes pendeirta gizi buruk dan kurang jumlahnya belasan bahkan puluhan. (10.07)
×
Berita Terbaru Update